Showing posts with label Alit Tisna Palupi. Show all posts
Showing posts with label Alit Tisna Palupi. Show all posts
Memento
"Memaafkan bukanlah hadiah yang kita berikan pada orang lain. Memaafkan adalah pembebasan bagi diri kita sendiri." Elgar, hlm. 258.

By Wulan Dewatra
2 of 5 stars

Genre             : Young adult, romance
Editor             : Alit Tisna Palupi
Proofreader    : Jia Effendie
Penata letak    : Gita Ramayudha
Desain sampul : Amanta Nathania
Penerbit          : Gagasmedia
Tahun terbit     : 2013
Tebal buku      : vi+266 halaman
ISBN              : 979-780-646-4
Harga              : Rp14.000,- di TM Bookstore, Depok Town Square

Aku kira bisa dengan mudah melupakanmu.

Tapi hidup kini terasa berbeda karena menjalaninya seorang diri saja.
Kau pergi dan bahagiaku tak kembali.



Saat becermin pagi ini,
aku begitu takut pada bayanganku sendiri. 
Pada memori yang berat membebani bahuku.
Pada bibirku yang tak akan pernah tersenyum lagi....


Informasi lebih lanjut dapat dibaca di:

Well, saat membaca beberapa review yang ada di Goodreads, aku cukup terkesan. Mengapa? Katanya sih, novel ini memiliki tingkat kesuraman tinggi. Awal membeli novel ini pun karena obral. Haha. Jadi, aku sebenarnya tertarik dengan novelnya, hanya saja, takut nggak puas bacanya. Jadilah, aku hanya dapat memberi dua bintang saja untuk kisah Shalom.
Sunset Holiday
"Kalau memang aku hanyalah sepotong puzzle dalam hidup Ibi dan sebaliknya, it's better that we make the best out of our limited tine together." --Audy.

By Nina Ardianti dan Mahir Pradana

5 for 5 stars

Source: here
Penyunting              : Alit Tisna Palupi
Penyelaras Aksara   : Widyawati Oktavia dan Idha Umamah
Penata Letak            : Gita Romadhona
Desainer Sampul   : Dwi Anisa Anindhika dan Agung Nugroho
Ilustrator Isi             : Gama Marhaendra
Penerbit                   : Gagasmedia
Tahun Terbit            : Cetakan pertama, tahun 2015.
Tebal Halaman        : 470 halaman
ISBN                       : 9787808181


“We are all strangers until we meet.”



Jatuh cinta dan bertemu denganmu tidak ada dalam rencana perjalananku. Namun, di perjalanan sejauh ini, kamulah hal terbaik yang terjadi kepadaku. Aku menebak-nebak di mana akhir senyum manismu yang menghangatkan.

Hal paling menyakitkan dari jatuh cinta adalah kehilangan setelah memilikinya. Karena itulah, aku tidak berani berharap banyak. Kita hanyalah dua orang asing di tempat asing. Akan lebih banyak risikonya jika aku memutuskan untuk jatuh cinta.

Jika aku tidak akan menjadi bagian dalam sisa perjalanan hidupmu, bisakah kamu mengingatku sebagai bagian terbaiknya? Aku tidak berani menanyakannya karena diam-diam kutahu tujuan terakhir kita ternyata tak sama.

Kita kemudian bukan lagi dua orang asing di negeri asing. Namun, mengapa sakit ketika mengingat ternyata rasa ini terasa lebih asing daripada sebelumnya?

***

Audy dan Ibi bertemu di Paris, kota yang menyimpan banyak pesona cinta. Karena impulsif, Ibi mengikuti Audy melakukan perjalanan keliling Eropa. Entah di Praha, Roma, atau Venezia, mungkin di sanalah cinta menyapa. Namun, apakah kebersamaan singkat itu berarti banyak jika sejak awal tujuan akhir mereka ternyata tak sama?