The Book of Forbidden Feelings
"100 years of airplane mode."

by Lala Bohang

3 out of 5 stars

Image credit: goodreads.com
Title: The Book of Forbidden Feelings
Author: Lala Bohang
Layout: Natasha Tontey
Editor: Siska Yuanita
Publisher: Gramedia Pustaka Utama
ISBN: 978-602-03-3189-8
Reading via Gramedia Digital

I wanted to say, "I would love to know your obsessions, Is it landed house, gadgets, power, domestic life, succulent plants, achievements, money, work, more likes and followers, health, validations, sex, organic food, pets, perfect selfies, children, sports, religion, relationship, minimalism, perfection, muscles, urban toys, shoes, traveling, or fame?" but nobody is prepared for that kind of question on a first date. 
So I said, "You look great."



More info:

Howdy!
It's been a while since the last I read a poem book. Ehm, actually, I don't know how to call this kind of book. You know, it's not literally a novel.. but it's not a collection of poetry too. Ah, I know! Let's call this kind of book as an illustration book. Wait... Graphic Novel, I supposed.

"Self destruction also plays an important role as a self medicine."
Right, then, the last time I read graphic novel is when I read Story for Rainy Days by Naela Ali. Now, I read another graphic novel that written by Lala Bohang. Well, actually, I know about this book since a long time ago. But, me being me. I am literally lazy to read. Even, I have to admit that I got a reading slump.. and also blogging slump. My bad for this. I am trying, tho. But, in the end, not as good as I expected before. So, here is my story about Lala Bohang, The Book of Forbidden Feelings.
The Book of Forbidden Feeling -- Lala Bohang.

Well, to be honest, I don't really pay attention about what this book talking about. I know that Lala Bohang tried to tell us about love, life, passion, and other feeling through her writing and drawing. Okay, I got a mixed feeling when I read it. In some parts, I could relate with the so-called quote. Sadly, in another parts, I was like... hmm... questioning? What she want to talk about. But, let it be, in my opinion. I know that I ain't someone who can understands something so easily. I know that I need a time to really feel  the story. Oh, well, even though that in some parts I didn't get it, I still like the way Lala Bohang's writing. The illustration too. It's a good one and I like it. Hmm, I like the cover too. It's simple and attractive. So, it will make anyone curious to buy and read this book, in my humble opinion. I have to admit that I interest to read this book from the cover.

"I'm gonna explode into peaces. This is too much."
Well, if you wanna feel corny, just read this graphic novel. You will know that you have a mixed feeling that really... hmm.. tiring? Maybe. But, wait, I would like to warn you, If you are really that pessimist in life.. hm.. don't dare to read this book.

3 stars for the cute illustration.

Sincerely,
Puji P. Rahayu
The Dead Returns
"Aku dibunuh oleh teman sekelasku."

oleh Akiyoshi Rikako

4 dari 5 bintang

Image credit: goodreads.com
Judul: The Dead Returns
Penulis: Akiyoshi Rikako
Penerjemah: Andry Setiawan
Genre: Thriller
Tebal buku: 252 halaman
Penerbit: Penerbit Haru
Tahun terbit: 1 Agustus 2015
ISBN: 9786027742574
Beli di TB. Gramedia Tunjungan Plaza, Surabaya


Suatu malam, aku didorong jatuh dari tebing. Untungnya aku selamat.
Namun, saat aku membuka mataku dan menatap cermin, aku tidak lagi memandang diriku yang biasa-biasa saja. Tubuhku berganti dengan sosok pemuda tampan yang tadinya hendak menolongku. 
Dengan tubuh baruku, aku bertekad mencari pembunuhku.
Tersangkanya, teman sekelas.Total 35 orang.Salah satunya adalah pembunuhku.


Informasi lengkap dapat dibaca di:

Membaca Girls in the Dark beberapa waktu lalu pada akhirnya membuat saya penasaran dengan The Dead Returns. Apalagi, sinopsis di belakang buku cukup membuat saya tergugah untuk membaca novel dengan kaver anak laki-laki yang memakai seragam sekolah itu. Awal saya membeli novel ini pun dapat dikatakan tidak sengaja. Ketika saya sedang berjalan-jalan di Tunjungan Plaza, saya dan kenalan saya mampir ke Gramedia untuk membunuh waktu. Pada akhirnya, saya pun tertarik untuk mengambil novel ini.

To be honest, saya sudah membaca novel ini sejak satu bulan yang lalu. Akan tetapi, karena berbagai macam hal, akhirnya saya malah tidak sempat menuliskan ulasannya. Hmm. Memang sulit juga ya menjadi seorang bloger aktif *tutup muka. Nah, alhasil, saya harus jujur, bahwa saya bahkan sudah lupa siapa nama tokohnya. Iya. Saya sedemikian lupanya. Jadi, saya pun harus mengais ulasan orang lain untuk mengingatkan saya siapa nama tokoh dalam novel ini.

Koyama Nobuo. Seorang pelajar yang biasa-biasa saja. Bahkan, mungkin berada di deretan siswa tidak favorit yang suka menyendiri dan dipandang aneh. Suatu malam, Nobuo mendapat ajakan pesan dari seseorang untuk menemui orang tersebut di tebing Miura Kaishoku. Sesaat sudah di tebing tersebut, tiba-tiba saja ada yang mendorong tubuh Nobuo hingga terjatuh. Nobuo merasa ada orang lain pula yang akan menolong dirinya. Ternyata, orang tersebut ikut jatuh. Setelah pengalaman antara hidup dan mati itu, Nobuo pun tersadar. Akan tetapi, sayangnya ia sadar bukan sebagai Koyama Nobuo. Dia telah masuk ke raga Takahashi Shinji, seorang  pelajar yang populer di sekolahnya--dan yaa, saya lupa nama SMA-nya. Heuheu. Seorang anak band yang banyak penggemar dan bahkan punya pacar. Sosok yang jauh berbeda dari sosok Nobuo. Dalam hatinya, Nobuo bertekad untuk mencari siapa pembunuh dirinya. Maka dari itu, Nobuo pun mencoba menyelidiki hal tersebut dengan sosok Takahashi Shinji yang disegani dan disukai semua orang.

Image credit: google, edited by me
Komentara pertama, saya bingung. Iya, saya bingung sebenarnya Koyama Nobuo ini laki-laki atau perempuan, ya? -_- Rasa-rasanya di awal dia digambarkan seperti perempuan. Akan tetapi, di akhir dia terasa sebagai laki-laki. Jadi, intinya saya tidak tahu jenis kelamin dari Koyama Nobuo ini. Atau saya saja yang memang kurang nyambung? Bisa jadi. 

Kedua, saya suka dengan plot twist-nya. Sepertinya ini memang menjadi ciri khas dari Akiyoshi Rikako. Menyelipkan twist yang cukup tidak biasa di akhir. Jujur saja, saya memang tidak bisa menebak siapa pelaku yang sebenarnya. Memang luar biasa sekali kemampuan Akiyoshi memutarbalikkan pemikiran pembaca. Meskipun, hmm, ada beberapa bagian yang rasanya kosong gitu. Atau lagi-lagi, saya yang kurang nyambung?

Ketiga, saya suka dengan tampilannya. Ehh, dalam artian font yang digunakan. Membuat saya tertarik untuk membacanya dan merasa, "yeah, this book is quite fun". Intinya sih, saya suka dengan model dari novel ini. Saya jadi penasaran dengan novel-novel lainnya dari Akiyoshi Rikako--dan Penerbit Haru to some extend.

Oke deh. Pada intinya, kalau kamu ingin membaca novel yang cukup "tidak biasa" dengan berbagai macam bentuk thriller-nya, The Dead Returns bisa menjadi pilihan. Saya yakin, kamu tidak akan menyesal.

4 bintang untuk plot twist yang membuat saya sampai speechless.

Sincerely,
Puji P. Rahayu