Book Review: How to be Popular in High School - Reytia (2023)

Jadi, buku ini merupakan salah satu rekomendasi untuk 12 Book Reading Challenge. Mudah-mudahan saja tahun ini aku betul-betul bisa menyelesaikan seluruh list bacaan yang sudah aku targetkan.


Isandra, atau Isa, mengalami perundungan saat SMP. Gara-garanya karena ia dianggap tak selevel oleh pentolah geng populer di sekolahnya, Lexy. Yaa, Isa berkesempatan untuk mendapatkan beasiswa di SMP Bhakti Bangsa, satu sekolah elite yang kebanyakan diisi oleh anak pejabat, artis, ataupun para keluarga old money. 


Awalnya sih, Isa biasa-biasa saja dengan kenjomplangan kehidupannya dengan anak lainnya. Akan tetapi, kala ia menjadi target dari Lexy, Isa serasa langsung berada di neraka. Dengan berbagai cara, Isa akan diejek dan dirisak sesukanya oleh Lexy dan kawan-kawannya. Sungguh bukan pengalaman yang menyenangkan selama ia bersekolah di Bhakti Bangsa. Maka dari itu, saat ia akhirnya lulus SMP dan melanjutkan sekolah di SMA negeri, Isa bertekad untuk tidak menjadi pecundang dan bisa meraih posisi sebagai anak populer di sekolahnya. Isa bisa, kan?


Rencana Isa cukup mulus. Ia mengubah penampilannya habis-habisan. Ia manfaatkan uang dari hasil ia membuka komisi untuk menggambar. Lalu, ia juga bertekad untuk masuk salah satu ekskul favorit di sekolahnya, ekskul dance. Semua terlihat lancar sampai kemudian, ternyata Lexy bersekolah di sekolah yang sama dengan Isa. Sialnya lagi, ternyata si Queen Bee itu juga masuk ke ekskul dance. Bagaimana nasib Isa? Apakah dengan kehadiran Lexy, Isa berhasil menjadi anak populer di SMA?


***


Well, honestly, novel ini mengingatkanku dengan zaman SMA. Bukan soal menjadi anak populernya, ya, tapi soal beberapa hal klasik terkait orientasi ekskul. Sumpah jadinya nostalgia banget. Aku masih ingat dulu aku juga harus mendapatkan tanda tangan dari para senior ketika akan masuk ke dalam salah satu ekskul, persis sama dengan apa yang dilakukan oleh Isa dan kawan-kawan. Aku juga masih ingat salah satu seniorku menyuruhku dan temanku untuk menyanyi di depan kelas si senior—yang anyway, setelah ku ingat lagi, it didn’t make any sense. What’s the use of it?


Selama membaca kisah Isa, di awal aku cukup gemas dengan kenaifannya. Ia jelas-jelas dipinggirkan oleh Lexy dan kawan-kawan. Tapi ia terus denial. Sebenernya enggak ada masalah ya kalau memang ingin jadi anak populer, cuma kalau anak-anak populer ini enggak menghargai kamu dan sebetulnya malah melakukan perisakan dalam bentuk lain, ya buat apa? Cukup lama buat Isa tersadar soal hal ini. Untungnya, ada kawan-kawannya di kelas yang akhirnya bisa menyadarkan Isa. Mereka adalah Olen, Tari, dan Nanda. Awalnya sih, Isa mengabaikan nasehat mereka. Tapi akhirnya, setelah suatu kejadian—yang membuat Isa learn the truth in a very hard way, Isa akhirnya sadar dan memutuskan untuk fight back.


Mungkin ada yang enggak setuju dengan penyelesaian konflik buat geng populer. Tapi mengingat di negeri yang udah kayak negeir komedi ini people in power tuh bisa di mana aja, bahkan di lingkup sekolah, kemunculan Mamanya Lexy harusnya bukan hal yang mengagetkan. Apalagi ternyata si guru pembina ekskul dance juga masih sepupu Mamanya Lexy. Enggak mengherankan at all menurutku. Yang menarik adalah, Reytia juga tetap berupaya memberikan sanksi secara sosial buat geng populer. Kayaknya ini cukup make sense with the power of social media now.


So, aku sangat mengapresiasi buku ini. Ceritanya bisa dibilang cukup ringan karena konfliknya enggak yang seberat itu. Tentu pembahasan soal perisakan ini penting karena pasti hal ini masih banyak terjadi in real life Really appreciate how Reytia bring this issue tanpa perlu menghadirkan cerita yang menyeramkan.


Be First to Post Comment !
Post a Comment