Garden Magic
"Cinta itu seperti tanaman, dia hidup karena dipelihara."

oleh Mita Miranti

3 dari 5 bintang

image credit: goodreads.com
Judul: Garden Magic
Penulis: Mita Miranti
Penyunting: Fanti Gemala
Desainer Kover dan Ilustrasi: Rio Siswono
Penata Isi: Putri Widia Novita
Penerbit: Gramedia Widiasarana Indonesia (Grasindo)
Tahun Terbit:  Desember 2015
Tebal buku: 202 halaman
Diperoleh dari acara Grasindo Blogtionship 2017


"Cinta itu seperti tanaman, dia hidup karena dipelihara."
Menjadi yatim piatu sungguh tak pernah terbayangkan oleh Iris. Dia juga tak mengira akan bertemu dengan pria menyebalkan, yang membuat hidupnya semakin sulit. Siapa sebenarnya pria itu? Oh, dan berapa banyak sketsa taman yang harus dia buat untuk melupakan masa lalunya? Seandainya cinta dapat menemukan jalannya sendiri, dia ingin meloloskan diri dari pedihnya rasa dikhianati. Dia ingin merasakan kembali indahnya bahagia, seindah bunga kana yang begitu dicintai ibunya. 


Informasi lebih lanjut dapat dibaca di:

Sepertinya, sudah agak lama dari terakhir kali saya membuat satu ulasan mengenai novel yang saya baca. Selain karena saya memang diserang reading slump, saya memang merasa tidak bersemangat untuk menuliskan satu resensi tertentu. Seperti bukan saya, ya? Yaa, mau bagaimana lagi. Saya sekarang lebih fokus untuk bermain game. Iya, tolong salahkan Kampung Maifam yang menyita banyak waktu saya.

Baiklah, kali ini saya akan sedikit bercerita mengenai Garden Magic. Saya mendapatkan novel ini ketika mengikuti acara Grasindo Blogtionship 2017 yang diadakan di.. hmmm, kenapa saya lupa namanya, ya? Pokoknya di salah satu kafe yang terletak tak jauh dari Stasiun Sudirman--well, agak memalukan karena saya naik ojek online padahal seharusnya bisa jalan. Dalam perjalan pulang ke Malang, saya memilih untuk membaca novel ini sebagai bacaan ringan. Tentunya, saya tidak ingin berekspektasi apa-apa. Toh, saya hanya ingin sekadar mengembalikan mood saya saja untuk membaca.

Cerita dimulai dari perjalanan Iris yang merintis usahanya dalam bidang dekorasi taman. Ia adalah seorang yatim piatu yang berusaha untuk membuka bisnis sendiri. Kecintaannya terhadap taman dan berbagai tanaman, membuat Iris mendirikan Arum Dalu. Banyak pihak yang memuji kelihaian Iris dalam menyulap taman-taman yang awalnya gersang menjadi indah. Salah satunya adalah Ibu Astari. Dari Ibu Astari inilah ternyata Iris bertemu dengan Wira, sesosok pemuda yang baru pulang dari Amerika dan merupakan anak sulung dari Ibu Astari. 

Entah mengapa, Wira selalu bersikap sinis kepada Iris. Bahkan, cenderung memusuhi. Ternyata, semua sikap Wira tersebut berhubungan dengan kecelakaan beberapa tahun lalu yang menimpa Anggi, adik Wira, dan Aldi, yang kala itu menjadi pacar Iris. Lalu, apa hubungan di antara kejadian tersebut? Mengapa Wira begitu membenci Iris? Bagaimana dengan konflik yang terjadi? Silakan baca sendiri.

Sumber gambar: KSHines, disunting oleh Ra.
Tentunya, novel ini menurut saya adalah novel manis yang bisa dibaca dalam sekali duduk. Konflik yang disajikan tidak terlalu berat dan malah membuat saya tersenyum manis. Membaca novel roman dengan sedikit percik bumbu merupakan salah satu cara saya untuk membangkitkan mood membaca. Selain juga dengan membaca buku anak atau graphic novel. Kalau ditanya apakah konflik dalam novel ini hana sekadar tentang cinta? Tidak juga. Novel ini juga membahas tentang perdagangan dan penculikan hewan peliharaan yang tentunya, tidak banyak diangkat dalam novel lainnya. Yaa, mungkin itu adalah salah satu ciri khas dari novel ini. 

Kalau ditanya kekurangannya, menurut saya, perkembangan chemistry di antara Wira dan Iris menurut saya tidak terlalu dijelaskan. Sehingga, membuat saya bertanya-tanya, "hal apa yang membuat mereka tertarik satu sama lain?" Cukup disayangkan sebenarnya. Tapi, mau bagaimana lagi. Oh, ya. Satu hal yang saya suka dari novel ini adalah kover bukunya yang cukup cantik dan segar dipandang mata. Desainnya yang sederhana tidak terlalu ramai dan enak dilihat.

Jadi, untuk kamu yang ingin membaca bacaan ringan. Garden Magic bisa menjadi salah satu pilihan.

3 bintang untuk Morries, si anjing lucu yang selalu disayangi pemiliknya.

Sincerely,
Puji P. Rahayu
Halo!

Sudah berapa lama ya saya tidak meng-update blog? Mungkin ada satu bulan saya tidak mengisi blog. Pada dasarnya, saya ingin sedikit menyampaikan uneg-uneg. Tahun 2017 dapat dibilang menjadi tahun yang agak suram bagi saya. Suram di sini dalam artian, saya mengalami reading slump yang luar biasa. Ketika saya akan membaca buku tertentu, terkadang sampai harus benar-benar saya niatkan. Saya pun tidak tahu mengapa bisa sampai demikian. Saya yang memang tidak mood, atau sekadar saya yang mudah terdistraksi hal lain.

Well, kedua hal tersebut nyatanya memang menghiasi hari-hari saya. Hampir setengah tahun ini saya lebih suka bermain game. Ya, saya memang seorang gamer dan saya jatuh cinta pada game yang sedang saya mainkan. Selain itu, saya pun juga melakukan internship di salah satu situs daring menjadi seorang penulis konten. Otomatis, konsentrasi saya banyak terpecah. Lalu, apakah saya menjadi tidak membaca buku? Tentu tidak. Saya tetap suka membaca buku. Saya mengusahakan untuk terus membaca meskipun tidak selalu bisa konsisten. Yang pasti saya mencoba. 

Resolusi saya di awal tahun 2017 lalu sepertinya pun banyak yang gagal. Yaa, saya memang tidak dapat berharap banyak tahun ini akan menjadi lebih baik. Kesibukan saya pasti bertambah karena harus berfokus pada tugas akhir. Akan tetapi, saya percaya saya bisa kembali menjadi diri saya yang memang suka membaca. Toh, membaca bagi saya adalah sebagai bentuk penghiburan diri dan refreshing. 

Jadi, harapan saya untuk tahun 2018 ini adalah, saya bisa menjadi seorang pembaca yang lebih baik lagi. Saya bisa menikmati bacaan saya tanpa perlu khawatir akan berbagai macam hal. Tak perlu pula saya memaksakan membaca bacaan yang saya tidak suka. Cukup membaca apa yang saya ingin.

Oh, ya. Sebagai catatan, saya menemukan salah satu kutipan yang saya sukai di tahun 2017 ini. Ya, saya mengambil kutipan dari Story for Rainy Days milik Naela Ali. Setidaknya, kutipan tersebutlah yang cukup membekas di pikiran saya selama tahun 2017.

edited by me
Untuk segala bentuk resensi mengenai buku yang saya baca, akan saya update secepatnya. Awal tujuan membuat blog ini pun, pada dasarnya karena saya tidak ingin apa yang saya baca mengendap begitu saja di pikiran saya. Jadi, mengapa tidak untuk membaginya dengan orang lain.

Sincerely,
Puji P. Rahayu