Tahun Terakhir Dena

oleh Purba Sitorus

3 dari 5 bintang

Image credit: goodreads.com
Judul buku: Tahun Terakhir Dena
Penulis: Purba Sitorus
Penyunting: Muhajjah Saratini
Penyelaras akhir: RaiN
Tata sampul: Amalina Asrari
Tata isi: Violetta
Pracetak: Wardi
Penerbit: Laksan
Tahun terbit: 2018
Tebal buku: 204 halaman
Buntelan dari penulis


Tahun depan. Tahun depan mimpi Dena harus terwujud. Ini tahun terakhirnya jadi siswa di SMU Harapan. Dena ingin beasiswa ke luar negeri, meninggalkan neraka ini.

Waktu gurunya bilang nilai sempurna saja tidak cukup, Dena kebat-kebit. Demi rekomendasi dari gurunya, dia rela melakukan apa saja. Termasuk mengajari Adit agar nilai matematikanya membaik.

Adit! Cowok bandel, tajir, dan suka bikin repot. Tapi ternyata kok seru juga bergaul dengan mereka. Dunia Dena jungkir balik. Untuk pertama kalinya, Dena tidak yakin dengan pilihan hidupnya. 

Begitulah tahun terakhir Dena berlangsung. Tahun terakhir yang membuatnya memandang masa SMA dari sisi yang berbeda.

Sekali ini saja, aku tidak ingin jadi Dena yang biasanya


Info lengkap dapat dibaca di:

Bagi Dena, menjalani kehidupan di SMU Harapan tidaklah mudah. Status dirinya sebagai penerima beasiswa membuat Dena harus berusaha sebaik mungkin untuk meraih impiannya. Ada banyak diskriminasi yang tercipta antara siswa biasa dengan siswa penerima beasiswa. Mulai dari perhatian guru yang berat sebelah, hingga cara bergaul dari kedua kubu itu yang sungguh berbeda. 

Awalnya, Dena menerima nasibnya. Ia berusaha sebaik mungkin di sekolah karena ia memiliki tujuan tersendiri. Bagaimanapun, Dena bertekad untuk segera kabur dari rumah. Akan tetapi, program tentir yang digagas oleh gurunya membuat Dena terjebak dan harus berurusan dengan Adit. Belum lagi, Aurel, salah satu teman segang Adit, punya kemauan tersendiri terhadap Dena. Pokoknya, tahun terakhir Dena jadih lebih runyam. Kira-kira, apa sih yang akan dilakukan Dena? Lalu, ada masalah apa sebenarnya yang membuat Dena ingin cepat-cepat sekolah di luar negeri? Yuk, dibaca.

Well, membaca novel yang ringan seperti Tahun Terakhir Dena ini membuat saya setidaknya dapat enjoy. Bagaimanapun, sebelumnya saya mengalami reading slump cukup parah dan berakhir saya tidak dapat membaca bacaan apapun. Maka dari itu, ketika ada tawaran untuk membaca dan mengulas novel yang hmm, let's say bergenre teenlit, saya pun bersemangat. Thanks God! I got the copy! 

Image credit: pinterest, edited by me
Bagi saya, membaca Tahun Terakhir Dena mengingatkan saya pada masa-masa SMA. Ketika yang kemudian dipikirkan hanyalah bagaimana mencapai nilai bagus tanpa hambatan. Berprestasi sebaik-baiknya. Nah, kalau soal diskriminasi antara murid beasiswa dan biasa, hmm, to be honest I quite agree. Akan tetapi, to some extend, kok kayaknya di sini agak too much ya penggambarannya. Atau sayanya aja yang sensitif? Bisa jadi.

Untuk ceritanya sendiri, saya akui cukup kompleks. Bagaimanapun, kisah Dena di sini bukan sekadar tentang pencapaian prestasi di sekolah. Ada kisah bagaimana kehidupan keluarga Dena yang ternyata baik-baik saja dan ada pula kisah cinta remaja unyu-unyu di sini. Pada intinya, kalau saya sih melihatnya, Kak Purba Sitorus ingin memperlihatkan bahwa di usia Dena saja, seseorang bisa menemui berbagai macam permasalahan. Bukan sekadar tentang cinta monyet atau masalah prestasi di sekolah, but beyond than that. Menurut saya, banyak juga pesan yang disampaikan dalam kisah ini. 

Untuk kavernya sendiri, sebenernya saya suka sama warnanya. Lumayan cute kalau dilihat. Tapi... kok gambarnya rame banget, ya? :" Hmm. Judulnya pun agak nggak telrihat karena efek warna dan tagline-nya. Yaa, semoga kalau misalkan novel ini bisa cetak ulang, sekalian rilis kaver baru. Eheheh.

Baiklah. Sekian dari saya. Menurut saya, novel ini cocok untuk dibaca kamu yang merasa berjiwa muda. Haha. Untuk sekadar nostalgia zaman SMA, boleh lah.

3 bintang untuk Aurel--saya suka gayanyanya dia. Hoho.

Sincerely,
Puji P. Rahayu

Resign!

oleh Almira Bastari

4 dari 5 bintang

Image credit: goodreads.com
Judul: Resign
Penulis: Almira Bastari
Genre: Roman
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tebal buku: 288 halaman
Tahun terbit: Januari 2018
ISBN: 9786020380711
Baca via Gramedia Digital

Kompetisi sengit terjadi di sebuah kantor konsultan di Jakarta. Pesertanya adalah para cungpret, alias kacung kampret. Yang mereka incar bukanlah penghargaan pegawai terbaik, jabatan tertinggi, atau bonus terbesar, melainkan memenangkan taruhan untuk segera resign!
Cungpret #1: AlranitaPegawai termuda yang tertekan akibat perlakuan sang bos yang semena-mena.
Cungpret #2: CarloPegawai yang baru menikah dan ingin mencari pekerjaan dengan gaji lebih tinggi.
Cungpret #3: KareninaPegawai senior yang selalu dianggap tidak becus tapi terus-menerus dijejali proyek baru.
Cungpret #4: AndrePegawai senior kesayangan si bos yang berniat resign demi dapat menikmati kehidupan keluarga yang lebih normal dan seimbang.
Sang Bos: TigranPemimpin genius, misterius, dan arogan, tapi sukses dipercaya untuk memimpin timnya sendiri pada usianya yang masih cukup muda.

Resign sebenarnya tidak sulit dilakukan. Namun kalau kamu memiliki bos yang punya radar sangat kuat seperti Tigran, semua usahamu pasti akan terbaca olehnya. Pertanyaannya, siapakah yang akan menang?


Informasi lengkap dapat dibaca di:

Ketika ketika membicarakan pekerjaan, tentunya yang sangat kita inginkan adalah, kita bisa mendapatkan great job. Bukan sekadar good job, atau bahkan job saja. Memangnya apa bedanya? Singkat kata, great job adalah pekerjaan yang sesuai dengan passion kamu dan mencukupi kebutuhan kamu akan finansial. Pastinya, mencari great job tidak akan mudah. Kadang kala, hal inilah yang mendorong seseorang untuk melakukan resign dari pekerjaannya.

Di salah satu kantor konsultan yang terletak di Jakarta, empat orang karyawan dalam satu tim menginginkan untuk melakuan resign. Alasan mereka pun berbeda-beda, mulai dari yang merasa kurang dihargai, menginginkan gaji yang lebih sesuai, hingga rasa sebal yang memuncak kepada sang manajer. Yang pasti, keinginan resign dari keempatnya lah yang menciptakan suatu taruhan. Siapa yang paling cepat resign, akan mendapatkan keuntungan tersendiri.

Bagi Alranita, bertahan selama dua tahun di bawah pimpinan Tigran, manajer timnya yang perfeksionis dan bisa dibilang sadis dalam memimpin, sudah cukup membuat dirinya jantungan. Alranita pun memutuskan untuk resign apabila sudah berhasil mendapatkan penawaran yang lebih baik di perusahaan lain. Karen,  Carlo, dan Andre, juga memiliki ambisi yang sama dengan Alranita. Mereka sama-sama ingin melakukan resign karena alasan masing-masing. Lalu, apakah usaha mereka berhasil? Ternyata, semua punya kisah masing-masing dan tentunya, tidak mudah untuk benar-benar resign dari "asuhan" Tigran.

Bagi saya, Resign ini sangat khas novel metropop. Selain menceritakan huru-hara pekerjaan, tentunya ada romansa yang terselip. Apakah kemudian saya keberatan dengan hal tersebut? Tentunya tidak. Saya malah senang saat membacanya. Bagaimanapun, alasan saya membaca novel semacam ini adalah untuk mengembalikan mood membaca saya yang cukup berantakan. Maka dari itu, saya pun memilih novel yang cukup ringan dan Resign ini menurut saya cukup menyenangkan untuk dibaca.

Selain kesukaan saya terhadap kisah romansa yang ada, setidaknya saya sedikit memahami bagaimana dunia kerja sebagai konsultan. It wouldn't be easy. Setidaknya, hal tersebut memberikan sedikit gambaran bagi saya yang notabene masih awam dalam dunia kerja.

Untuk hubungan antara Alranita dan Tigran sendiri, menurut saya sudah cukup manis. Meskipun terasa agak kaku di awal, ternyata... akhir kisahnya cukup membuat saya.. hmmm, touched? Sort of like that. Intinya, saya suka lah kadar kemanisan mereka. 

So, kalau kamu memang mencari metropop yang segar, Resign bisa menjadi pilihan untuk kamu.

4 dari 5 bintang untuk hubungan Alranita dan Tigran yang... malu tapi mau.

Sincerely,
Puji P.Rahayu

Touche: Rosetta

oleh Windhy Puspitadewi

4 dari 5 bintang

Image credit: goodreads.com
Judul: Touche: Rosetta
Penulis: Windhy Puspitadewi
Seri: Touche #3
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tebal buku: 200 halaman
Tahun terbit: 2017
ISBN: 9786020351162
Baca via Gramedia Digital

Edward Kim memiliki kemampuan memahami semua tulisan, bahkan dari bahasa yang belum pernah dia dengar sebelumnya, melalui sentuhan. Dia seperti Batu Rosetta berjalan. Kemampuannya itu akhirnya dia gunakan untuk medapatkan uang dengan membantu seorang profesor di British Museum.
Tiba-tiba seorang pria asing datang menemuinya dan memintanya memecahkan sebuah teka-teki. Teka-teki yang berisi rahasia dari zaman Renaissance dan petunjuk pelaku suatu pembunuhan


Info lebih lanjut dapat dibaca di:

Well, terima kasih Tuhan, akhirnya reading slump yang aku alami sudah jauh lebih berkurang. Kalau aku ingat-ingat lagi, sepertinya kecepatan membacaku sudah mulai kembal, and I'm feeling good because of that. Nah, salah satu cara untuk mengurangi reading slump adalah dengan membaca novel-novel teenlit yang ringan. Pilihanku kali ini jatuh pada novel karangan Windhy Puspitadewi ini. Ya, aku memilih Touche: Rosetta untuk bacaanku kali ini.

Touche merupakan istilah yang digunakan untuk mendefinisikan orang-orang yang memiliki kemampuan khusus melalui sentuhan. Kemampuan tersebut bermacam-macam, ada yang bisa merasakan emosi orang lain, mengetahui struktur kimia suatu benda sampai lengkap, hingga dapat memahami tulisan tanpa perlu tahu itu tulisan apa. Kemampuan terakhir itulah yang dimiliki oleh Edward, seorang pelajar yang tinggal di London, Inggris.

Kemampuan ajaibnya itu akhirnya dimanfaatkan oleh Professor Fischer, sebagai pimpinan British Museum. Professor Fischer memanfaatkan kemampuan Edward untuk menerjemahkan berbagai tulisan kuno yang bahkan tidak diketahui asal-mulanya. Yang kemudian nanti, hasil terjemahan Edward akan diakui sebagai karya dari Fischer. Edward pun mendapat balasan sejumlah uang serta biaya kuliah dari Fischer. 

Kalau di awal Edward hanya begitu-begitu saja, nyatanya hal tersebut mulai berubah semenjak terjadi pembunuhan atas Profesor Hamilton. Hal ini membuat Edward akhirnya terseret dalam satu kasus yang cukup pelik. Mulai dari Casanova, karya-karya Da Vinci dan juga Michaelangelo, hingga sejarah dari kaum Touche. Tentunya hal ini membuat Edward mau tidak mau akhirnya bekerja sama dengan Ellen dan Yunus untuk mengungkap kematian Profesor Hamilton. Nyatanya, apa yang terbentang di hadapan mereka bukanlah  hal yang mereka duga sebelumnya.

Di belahan bumi lain, terjadi pembunuhan berantai yang diduga dilakukan secara acak. Hiro, touche yang memiliki kemampuan mendeteksi seluruh struktur kimia dari semua barang yang disentuhnya, menemukan kejanggalan dari DNA para korban pembunuhan tersebut. Lagi-lagi, kenyataan yang terhampar membuat Hiro tidak dapat benar-benar tenang menghadapi hidupnya.

Aku lupa kapan terakhir kali aku membaca karya Windhy. Yang pasti, sejak aku membaca Incognito, aku sudah jatuh hati dengan cara Windhy menceritakan kisahnya ini. Aku kagum dengan upaya Windhy yang sanggup menggabungkan berbagai bukti sejarah dan juga seni menjadi satu rangkaian utuh yang masuk akal. Tentunya, riset yang dilakukan oleh Windhy bukanlah satu hal yang bisa ditempuh dalam waktu singkat. I just wanna say, good job, Kak!

Membaca Touche ini menurutku sangat menyenangkan. Bahasa yang mudah dipahami tapi juga menyajikan misteri yang menggelitik tentunya membuat aku betah membacanya. Dapat dibilang, Touche ini merupakan novel yang bisa dihabiskan dalam sekali duduk. Bagaimanapun, aku ingin segera menyelesaikan novel ini dan tahu akhirnya. Yaa, meskipun ternyata aku harus sedikit kecewa karena akhir cerita Touche: Rosetta ini sungguh cliffhanger. Hmm, baiklah. Tak apa. Mari kita tunggu saja kemunculan buku terbaru dari seri Touche ini.

Kalau aku ditanya kenapa aku bisa sangat menyukai novel ini, honestly, karena buku ini memang bikin penasaran. Selain itu, aku juga suka karakter dari Edward dan Ellen. Meskipun, to some extend aku teringat Hiro ketika membaca buku ini. Ahh, sepertinya sosok Hiro lah yang akan aku rindukan dari seri Touche. 

Pada intinya, buku ketiga dari seri Touche ini worth it to read banget. Bahkan, menurutku jauh lebih complicated cerita yang disajikan dibandingkan dua buku sebelumnya.

4 bintang untuk sikap Edward yang menggemaskan pada Ellen.

Sincerely, 
Puji P. Rahayu

Sisi Gelap Cinta

oleh Mira W.

3 dari 5 bintang

Image credit: goodreads
Judul: Sisi Gelap Cinta
Penulis: Mira W.
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahu terbit: 2015
Tebal buku: 280 halaman
ISBN: 9786020319575
Baca via Gramedia Digital

Suatu hari, ranjau itu meledak di ambang pintu rumahnya.

Bahtera perkawinan yang selama ini berlayar nyaris tanpa terpaan gelombang, tiba-tiba karam.

Suaminya ditahan, anak laki-lakinya menghilang, anak perempuannya koma.

Dari kaki Gunung Kilimanjaro di Afrika sampai Lembah Baliem di Papua, Andien harus mencari jawabannya.

“Jika hidup ini punya cetakan kedua, alangkah banyaknya yang harus dikoreksi.”


Informasi lebih lanjut dapat dibaca di:

Membaca buku ini karena ikutan proyek #BacaBareng Kak Afifah Mazaya, Kak Zelie Petronella, dan Kak Opat Kesayangan. Kalau saya ditanya apakah saya pernah membaca buku Mira W. sebelumnya.. jawabannya adalah tidak. Jadi, ketika saya diajak membaca buku ini, saya sih mau-mau saja. Dalam artian, saya bukanlah orang yang tertutup atas suatu karya tertentu bukan?

Nah, satu hal yang saya tahu. Karya Mira W. biasanya berhubungan dengan bahtera rumah tangga. Iya. Kisah lika-liku rumah tangga yang sepertinya tidak akan pernah ada habisnya. Hidup Andien terasa begitu berat kala anak bungsunya, Avila, jatuh sakit dan koma. Bahkan dinyatakan kondisinya tidak stabil dan terancam kehilangan nyawanya. Kemudian, anak sulungnya pergi dan menghilang. Tidak ada yang tahu di mana keberadaan dari Ari. Ditambah pula dengan kasus yang menimpa suami Andien, Wibianto, membuat hidup Andien benar-benar luluh lantak. Berbagai rahasia pun menyelimuti keluarga Andien. Bagaimana kemudian Wibianto terlihat menjauhi diri Andien hingga kembalinya sang mantan kekasih, Bimo, yang tiba-tiba saja muncul di hadapannya. Apakah Andien cukup kuat untuk menjalani kehidupannya?

Well, saya nggak pernah berekspektasi apa-apa soal buku ini. Jadi, ketika kisah di dalamnya cukup mengejutkan, oh please, yang udah baca buku ini pasti tahu bagian mana yang saya maksud. Apakah saya keberatan dengan hal tersebut? Honestly, I ain't. Saya sih menerima aja keadaan Wibianto. Cuma.. saya sih kasihan sama Andien. Saya memang nggak menyangka alurnya akan seperti ini. Dalam artian, lumayan banyak ya kejutannya. Mungkin ada bagian-bagian yang saya nggak setuju.. preferensi saya aja, sih. Tapi, overall, lumayan lho untuk hiburan ketika membaca buku ini. 

Satu hal sih, saya salut dengan ketabahan Andien dan dia berhasil menjaga dirinya. Meskipun juga ada beberapa hal yang bikin sebel. Tetep worth it to read kok, kawan-kawan.

3 bintang untuk lika-liku kehidupan Andien di manapun dia berada.

Sincerely,
Puji P. Rahayu

The Miraculous Journey of Edward Tulane
"If you have no intention of loving or being loved, then the whole journey is pointless."

by Kate DiCamillo

4 out of 5 stars

Image source: goodreads
Book Title: The Miraculous Journey of Edward Tulane
Author: Kate DiCamillo
Illustrator: Bagram Ibatoulline
Publisher: Chandlewick Press
Number of Pages: 208
Year of Publish: 2009
ISBN: 978-0-7636-4942-5

Once, in a house on Egypt Street, there lived a china rabbit named Edward Tulane. The rabbit was very pleased with himself, and for good reason: he was owned by a girl named Abilene, who adored him completely. And then, one day, he was lost. . . . Kate DiCamillo takes us on an extraordinary journey, from the depths of the ocean to the net of a fisherman, from the bedside of an ailing child to the bustling streets of Memphis. Along the way, we are shown a miracle -- that even a heart of the most breakable kind can learn to love, to lose, and to love again.

More info:

To be honest, I really didn't know about this book. When Kak Chei said that the book that we have to read together is this book, I was clueless. Hmm, what kind of book is this? At first, I thought that this book is a simple children book, but the fact said otherwise. It is more than that.

Edward is a China doll. His owner is Abilene--a young girl that really care toward Edward. She always treat Edward like a living creature. So does Abilene's grandma, Pellegrina. Edward at first didn't know about love. Even, he had no trust to love. He never expect that he can love and being loved. But, something happened to Edward. He was separated from Abilene and then his journey was begin. He meet many peoples in his journey. After all of that, Edward realize that life is actually full of love and sweet.

Edited by me
One thing for sure that I want to say is, why Edward's illustration should be like that? It's scary, in my humble opinion. In my imagination, Edward should be shaped as a cute bunny doll. Hmm, but, as long as I remember, that shaped is match with Edward's characteristic. Lol.

Right then, I like the story anyway. It's beyond my expectation. So, 4 stars for Edward Tulane.

Sincerely,
Puji P. Rahayu