Showing posts with label Movie Review. Show all posts
Showing posts with label Movie Review. Show all posts
Image: Net

Title: My Heart Puppy
Screenwriter and Director: Jason Kim
Genres: Adventure, Comedy, Romance
Stars: Yoo Yeon-seok, Cha Tae-hyun, Park Ji-hyun, Jung In-sun, Kang Shin-il
Watched on Cinepolis, Depok Town Square


“Puppy” is a film about two men with puppy-like charms and their interactions with an actual dog. A man who is about to get married going through an adventure when he sets off with his friend to drop his dog off at the pet-sitters.


Jadi, alasan aku menonton My Heart Puppy adalah karena pemain utamanya adalah Yoo Yeon-seok dan harga tiketnya di bioskop cuma 20 ribu. Aku enggak tahu juga kenapa harga tiket film ini murah banget. Padahal, aku menontonnya di Cinepolis dan sepertinya tidak sedang ada promo apa-apa. 


The Story


Jadi, cerita My Puppy bermula dari Min Soo (Yoo Yeon-seok) yang ingin menikahi pacarnya, Seong-kyeong (Jung In-sun). Akan tetapi, ternyata ada satu rahasia yang disimpan oleh Seong-kyeong, yakni alerginya terhadap air liur anjing, kalau aku tak salah ingat. 


Hal ini membuat Min Soo mengalami dilema. Semenjak kematian ibunya, Min Soo telah ditemani oleh anjing kesayangannya, seekor golden retriever bernama Rooney. Setelah mendengar fakta soal alergi Seong-kyeong, Min Soo berjanji akan mencari cara supaya Rooney bisa dirawat oleh kerabatnya yang lain.


Nah, di sinilah perjalanan Min Soo mencari pemilik pengganti Rooney dimulai. Dibantu oleh kakak sepupunya, Jin-guk (Cha Tae-hyun), Minsoo berupaya berkeliling untuk mencarikan rumah baru bagi Rooney. Sayangnya, hal ini tidaklah mudah. Belum ada satu orang pun yang menurut Min Soo cocok untuk menjadi pemilik baru Rooney. 


Jin-guk yang berjanji akan membantu Min-soo akhirnya mengusulkan supaya Min-soo bersama mencoba untuk bertemu dengan Ah-min (Kim Yoo-jung). Dari media sosialnya, terlihat kalau Ah-min memiliki ketertarikan untuk membuat shelter untuk anjing-anjing yang ada di sekitarnya. Permasalahannya, tempat Ah-min berada adalah di Pulau Jeju. Maka dari itu, Min-soo dan Jin-guk memulai perjalanan road trip mereka bersama Rooney dan kawan-kawan anjing lainnya--yang mereka temui di tengah jalan.


My opinion


Sepertinya, ini adalah film Korea pertama yang aku tonton di bioskop. Hanya berbekal ketertarikan pada sosok Andrea, aku begitu saja dengan impulsif menonton film satu ini. Menurutku, film ini cocok sekali untuk healing. Cerita seputar hewan peliharaan selalu bisa memberikan kehangatan tersendiri menurutku.


Tentu saja, bagian road trip yang dilakukan oleh Min-soo dan Jin-guk menjadi momen-momen favoritku di film ini. Seru sekali melihat interaksi antar sepupu ini yang komikal dan juga suportif. Awalnya, aku kira film ini akan berakhir sedih--bagaimanapun, biasanya film dengan hewan di dalamnya, kebanyakan tidak berakhir bahagia. Untungnya, hal itu tidak terjadi. Bahkan, Min-soo akhirnya bisa menaydari betapa pentingnya keberadaan Rooney dalam hidupnya.


Lalu, awalnya aku mengira film ini juga akan cukup fokus ke kisah romansa antara Min-soo dan Seong-kyeong. Untungnya, hal itu tidak terjadi. Jadi, film ini memang fokus pada persaudaraan antara Min-soo dan Jin-guk beserta dengan Rooney dan kawan-kawan anjing lainnya.


Harus kuakui, a lot of scenes that made me crack up are when Min-soo and Jin-guk accidentally meet a lot of dogs on the way to Jeju Island. Banyak sekali momen yang membuat kita bakal ketawa karena ketidaktegaan mereka pada anjing-anjing lucu itu. Pokoknya, menurutku film ini cute sekali.


Conclusion


Aku sih, berharapnya bakal ada banyak film semacam My Heart Puppy ini. Betul-betul film yang pas untuk healing. Kita enggak bakal diajak pusing dengan cerita yang rumit. Kita hanya perlu bersiap tertawa dan melihat gemasnya Rooney dan anjing-anjing lainnya.


Jadi, 8.5 dari 10 bintang untuk teman-teman Rooney xD


Sincerely,
Ra



Image: google

Judul: Virgo and the Sparklings
Sutradara: Ody C. Harahap
Penulis: Ellie Goh, Rafki Hidayat, Is Yuniarto
Pemain: Adhisty Zara, Bryan Domani, Mawar Eva de Jongh, Ashira Zamita, Satine Zanita, Rebecca Klopper
Durasi: 1 jam 47 menit
Nonton di Cinepolis, Depok Town Square

Riani seorang remaja yang tidak terlalu normal, berurusan dengan kehidupan remaja sehari-hari yang “normal”, cinta, dan persaingan bersama sahabat dan teman band-nya, Ussy dan Monica. Sambil belajar mengendalikan kekuatan api & sinestesia. Di tengah krisisnya sebagai remaja, ternyata ada bahaya yang sangat besar bagi manusia. Apakah menyelamatkan dunia juga tanggung jawab anak muda? Aduh repotnya!

***

Setelah kemarin aku bisa dikatakan full sembuh dari sakit, akhirnya aku memutuskan untuk nonton film ketiga dari Bumilangit Cinematic Universe. Yap, apalagi kalau bukan Virgo and the Sparklings. Pendapatku? Menawarkan kisah super hero yang lebih relate buat generasi Z sih, kayaknya. Lalu, tentunya jauh lebih ringan dibandingkan dengan dua film BCU lainnya.


Tentang Cerita


Sejak kecil, Riani (Adhisty Zara) memang punya kekuatan super. Ia bisa mengeluarkan api dari tangannya dan ia bisa mengenali warna suara di sekitarnya atau yang bisa disebut sebagai sintesa. Sayangnya, kekuatan Riani untuk mengeluarkan api ini kadang tidak terkontrol. Alhasil, dia sempat menimbulkan kebakaran di sekolahnya berkali-kali. Hal ini jugalah yang membuat dirinya harus berpindah-pindah sekolah.


Kali ini, Riani berpindah ke SMA 3 Bandung. Kedua orang tuanya terus memperingatkan Riani untuk lebih berhati-hati dengan obsesinya terhadap api (?). Nah, di sekolah barunya inilah Riani berhasil menjalani kehidupan SMA-nya dengan cukup normal. Ia bisa nge-band bareng Ussy (Satine Zaneta) dan Monica (Ashira Zamita) yang dimanajeri oleh Sasmi (Rebecca Klopper). Mereka membentuk band rock yang mereka namai The Virgos. Selain itu, Riani juga bertemu cowok yang membuat hatinya berdebar, Leo (Bryan Dormani).


Di tengah kesibukan The Virgos yang sedang mengikuti kompetisi Stardom, tiba-tiba saja kasus kesurupan anak muda meraja lela di seluruh negeri. Anak yang kesurupan ini menjadi pemarah dan bahkan menyerang orang tua mereka. Dari situlah, Riani mengetahui kalau kekuatan apinya bisa menolong para anak yang kesurupan. 


Pendapatku


Tentu saja, Virgo and the Sparklings ini menjadi salah satu film BCU favoritku. Ceritanya ringan tapi relatable banget. Lalu, vibe-nya juga enggak se-dark dan njelimet Gundala ataupun Sri Asih. Kemarin waktu ngobrol sama Sup, yang ngebuat Virgo ini pace-nya jadi cukup cepat adalah gimana Riani enggak sibuk nyari tahu asal kekuatannya. 


Yaa, meskipun in a way, hal itu yang bikin penasaran, ya? Tapi, dengan enggak adanya kisah mencari asal mula kekuatannya, cerita di Virgo flow-nya lebih sat set dan enggak lama. Bisa dibilang, dengan durasi yang hampir 2 jam, Virgo seru banget dinikmati. Enggak bikin bosen.


Alur yang dibangun soal si musuh juga cukup make sense. Meskipun aku malah jadi penasaran, si Carmin (Mawar de Jongh) ini berarti musuhnya terpisah, ya, dengan musuh-musuh lain di BCU? Apa sebenernya dia termasuk tentara-nya Dewi Api? 


Sejumlah cameo yang muncul di Virgo and the Sparklings juga jadi daya tarik tersendiri. Mulai dari si Ridwan Bahri (Lukman Sardi), si anggota DPR yang sudah muncul dari zaman Gundala. Di akhir juga Sancaka (Abimana Aryasatya) bareng Cempaka (Vanesha Prescilla) juga muncul. Nah, ini yang bakal jadi bikin penasaran nantinya. Bakal gimana ya, Avengers versi BCU nantinya? Hero mana aja dan bakal ngelawan siapa aja nanti?


Kesimpulan


Seru! Menurutku Virgo and the Sparklings tuh semacam jadi versi Spider-man versi BCU. Lebih dekat isunya ke anak muda dan jauh lebih sat set ceritanya. Aku beneran menikmati sih, waktu nonton.


Jadi 8 dari 10 bintang deh untuk lagu-lagunya The Virgos yang seru juga didengerinnya.


Sincerely.
Ra

Judul: Jalan yang Jauh Jangan Lupa Pulang
Sutradara: Angga Dwimas Sasongko
Penulis naskah: Angga Dwimas Sasongko, Mohammad Irfan Ramly
Durasi: 1 jam 46 menit
Pemain: Sheila Dara Aisha, Lutesha, Jerome Kurnia, Ganindra Bimo, Rio Dewanto, Rachel Amanda
Nonton di CGV, Dmall

In London, Aurora finds a soul mate with the same vision as hers, Jem, an up-and-coming artist who is also a senior on campus and an immigrant from Indonesia. Aurora's life is perfect and full of passion until she finds another side of Jem, who makes Aurora give up college and leave her dream. During her difficult time, Aurora is assisted by her two best friends: Honey and Kit, to live together in their apartment. Aurora's preoccupation with surviving and trying to return to her studies by working odd jobs causes her to lose contact with her family. Two months without news make Angkasa and Awan follow Aurora to London. Surprised by Aurora's messy condition, Angkasa and Awan agree to force Aurora to come home.

*** 

Sesungguhnya, Jalan yang Jauh Jangan Lupa Pulang ini adalah semacam sekuel dari Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini. Mengambil cerita setelah NKCTHI selesai, JyJJLP fokus ke kehidupan Aurora yang merantau di London, Inggris. Apakah berhasil semenyentuh NKCTHI? Baik, mari kita bahas dengan pengetahuan sotoy saya. 

The Story

Aurora (Sheila Dara Aisha) memutuskan untuk lanjut studi seni di Inggris. Di sanalah ia bertemu dengan sosok Jem (Ganindra Bimo), cowok berbakat asal Indonesia yang sekaligus berakhir menjadi kekasihnya.

Hari itu, Jem menampilkan karyanya di salah satu pameran bergengsi di London. Akan tetapi, hasil pameran tersebut sama sekali tak memuaskan baginya. Ia yang emosi, pada akhirnya membuat Aurora terluka. Sejak saat itu, Aurora memutuskan untuk pergi dari kehidupan Jem.

Untungnya, kedua kawan baiknya, Honey (Lutesha) dan Kit (Jerome Kurnia), bersedia menampung Aurora selama kabur dari Jem. Well, sebenarnya, Aurora tak hanya kabur dari Jem, tapi juga dari keluarganya. Sekitar hampir dua bulan, ia tak bisa dihubungi dan berakhir dengan kedatangan Angkasa (Rio Dewanto) dan Awan (Rachel Amanda) ke London. Kedua kakak-adik itu diperintahkan oleh ayah mereka untuk menjemput Aurora.

The Opinion

Sedari awal, aku betul-betul tidak menyukai sosok Jem. Dia ini tipikal cowok egois yang selalu menyalahkan orang lain atas kegagalan yang ia alami. Parahnya, Aurora tak menyadari kalau dirinya terjerat dalam suatu hubungan toksik bersama Jem. Yaa, meskipun Aurora memutuskan kabur, dia tuh masih berempati kepada Jem. Astaga. 

Kalau di NKCTHI alur kilas-balik tidak membuatku bingung, maka di sini terasa banget setiap adegan begitu scattered. Sampai-sampai, kadang aku tak menyadari kapan scene telah berubah dari masa lalu ke masa sekarang. Lalu, ada juga bagian-bagian yang terasa terpotong sedemikian rupa. Alhasil, betul-betul membuatku bingung.

Belum lagi, sejumlah editing yang menonjolkan editing perpotongan cepat hanya membuatku pusing ã… ã…  Sigh. 

Yang aku enggak mengerti, aku masih tidak merasakan pentingnya kemunculan Angkasa dan Awan di sini. Apakah mereka muncul untuk bisa memberikan solusi untuk Aurora? Aku rasa tidak. Bahkan, mereka cuma menambah masalah. Bagiku, keberadaan mereka tidak sesignifikan itu.

Mungkin, yang cukup menolong di film ini adalah keberadaan Honey dan Kit. Keduanya jadi karakter yang paling realistis kalau menurutku. Memberikan perhatian yang cukup sebagai teman, bahkan lebih. Iri banget punya sahabat sebaik mereka.

In a way, kalau dibilang relatable sebagai anak rantau, ya.. ya lumayan lah. Tapi mungkin secara cerita, tidak akan se-relatable NKCTHI. 

Conclusion

Kalau ingin tahu kehidupan Aurora, bisalah menonton JyJJLP ini. Tanpa menonton NKCTHI, mungkin agak susah ya buat jadi lebih mengerti keadaan Aurora. Bagaimanapun, alasan utama sikap Aurora di sepanjang film  ini memang dampak dari apa yang terjadi NKCTHI. Tapi kalau mau ditonton lepasan pun, menurutku enggak masalah.

Well, jadi 6 bintang saja ya untuk film satu ini.

Apakah aku akan menonton Story of Kale yang merupakan spin-off dari universe ini? Well, let's see.

Sincerely, 
Ra
Image: detik

Judul: Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini
Sutradara: Angga Dwimas Sasongko
Penulis: Marchella F.P., Jenny Jusuf, Mohammad Irfan Ramly
Pemain: Rio Dewanto, Rachel Amanda, Sheila Dara Aisha, Oka Antara, Donny Damara, Susan Bachtiar
Durasi: 121 menit
Nonton di Netflix 

Every family has a secret. Angkasa (Rio Dewanto), Aurora (Sheila Dara Aisha), and Awan (Rachel Amanda) are siblings who live in happy-looking families. After experiencing her first major failure, Awan meets Kale (Ardhito Pramono), an eccentric guy who gives Awan a new life experience about breaking-up, falling, growing, losing, and all the fear of humans in general. Under parental pressure Awan's attitude changes; this prompts the rebellion of the three siblings that leads to the discovery of secrets and great trauma in their families.

***

Mari kita percaya bahwa lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Sesungguhnya, pada tahun 2019, aku sudah tertarik untuk menonton NKCTHI. Akan tetapi, entah kenapa semangat menonton itu tetiba surut dan akhirnya terlupa untuk mulai menonton. 

Nah, kemarin, karena aku kepo saja dengan sekuel dari NKCTHI yang sekarang lagi tayang di bioskop, aku memutuskan untuk menonton NKCTHI terlebih dahulu. Sesungguhnya, supaya aku tidak kebingungan bertanya-tanya tokoh yang akan muncul siapa dan bagaimana konfliknya akan berhubungan dengan NKCTHI.

The Story

Bagi Awan (Rachel Amanda), memilih dalam hidupnya merupakan sesuatu yang tak mungkin ia lakukan. Sikap ayahnya, Narendra (Oka Antara dan Donny Damara) yang terlalu protektif, membuat hidup Awan sudah dimudahkan begitu rupa. Sang ayah, selalu menekankan bahwa keselamatan Awan adalah yang utama. 

Hal ini pun akhirnya berdampak kepada dua anak tertuanya. Angkasa (Rio Dewanto) mendapatkan tanggung jawab untuk melindungi adik-adiknya, terutama Awan. Setiap hari, ia harus meluangkan waktunya untuk menjemput sang adik atas perintah ayahnya. 

Ia memang tak mengeluhkan hal itu. Akan tetapi, Lika (Agla Artalidia) yang merupakan pacar Angkasa, menyadari bahwa Angkasa telah terkekang di dalam keluarganya sendiri.

Di sisi lain, ada Aurora (Sheila Dara Aisha), si anak tengah yang telah lama belajar untuk menekan keinginannya sendiri. Ia tahu ia bukanlah prioritas sang Ayah dan ia sudah lelah untuk memperjuangkan untuk bisa diakui di depan mata ayahnya.

Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini adalah kisah keluarga yang terlihat sempurna dan bahagia. Akan tetapi, di antara upaya untuk tidak bersuara dan menyembunyikan perasaan itu, luka dan sakit hati malah tumbuh subur. Keluarga itu pada sesungguhnya tidak baik-baik saja.

The Opinion

To be honest, NKCTHI memang perlu diapresiasi sebagai salah satu drama keluarga yang cukup realistis. Situasi yang dialami Awan, Angkasa, maupun Aurora, pastinya banyak mengena bagi para penonton. 

Awan yang menjadi prioritas sang ayah, Angkasa yang selalu dibebani tanggung jawab--yang entah apakah bisa ia tanggung atau tidak, dan Aurora yang lebih memilih untuk menutup diri karena merasa terpinggirkan.

Menggunakan alur kilas-balik, untungnya kisah NKCTHI ini tidak membuat pusing. Bahkan, menurutku baik Jenny Jusuf maupun Angga Sasongko berhasil mengolahnya dengan baik.

Yang aku suka adalah pemilik puncak konfliknya. Kala Aurora jarang banget disorot, ternyata klimaks ceritanya akan bermula di Aurora. Ahh, aku enggak bisa bayangin sih, gimana rasanya jadi Aurora. Bagaimanapun ia berusaha, sang Ayah seperti tidak melihat upayanya yang mati-matian itu.

Seengaknya ya, di NKCTHI, masing-masing karakter jadi punya perannya sendiri. Oh, kalau kupikir-pikir, peran Aurora ini mirip sekali dengan peran Sarma di Ngeri-ngeri Sedap. Meskipun terlihat tenang, dia yang paling banyak menyimpan beban. 

Meskipun, di satu titik aku tidak cukup relate dengan kemampuan Narendra dan juga Ajeng menutupi luka mereka. 

Conclusion

Sebagai film drama keluarga, menurutku NKCTHI lumayan berhasil menampilkan konflik yang cukup realistis. Masing-masing anggota keluarga jadi punya masalah masing-masing, dan semuanya bermula dari keengganan untuk mengakui luka dan jujur satu sama lain.

Jadi, 7.5 dari 10 bintang untuk kisah yang berakhir hangat satu ini.

Oh, anyway. Aku juga ikhlas-ikhlas aja sewaktu Awan akhirnya tidak berakhir bersama Kale. Yaa, mungkin peran Kale hanyalah untuk memberikan kebahagiaan bagi Awan untuk sementara. Tidak lebih.

Sincerely,
Ra

Image:Tanakhir Films

Judul: Semesta
Sutradara: Chairun Nissa
Penuliss: Cory Michael Rogers
Produksi: Tanakhir Films
Durasi: 90 menit
Nonton di Kineforum

Melalui lensa keyakinan dan budaya di tujuh provinsi di Indonesia, film dokumenter ini mengikuti individu-individu yang berjuang untuk mengatasi perubahan iklim.

***

Semesta (Islands of Faith) merupakan film dokumenter yang membicarakan perubahan iklim melalui lensa para warga yang telah dari lama berdamai dengan alam. Dalam film ini, terdapat tujuh cerita yang berasal dari tujuh provinsi di Indonesia. Masing-masing cerita menggambarkan bagaimana para masyarakat asli Indonesia, mempunyai caranya masing-masing untuk berdamai dengan alam. 

Karya dari Talamedia

Kalau aku tidak salah ingat, film ini merupakan film pertama yang diproduksi oleh Tanakhir Film (sekarang Talamedia). Nama Mandy Marahimin dan Nicholas Saputra tersebut sebagai produser film satu ini. Seperti yang telah aku singgung sebelumnya, film ini mengangkat kisah 7 pejuang lingkungan hidup dengan 7 latar belakang dan berasal dari 7 daerah yang berbeda.

Pertama, kita akan diajak untuk menuju Bali. Tjokorda Raka Kerthyasa akan membawa kita memahami bagaimana perayaan Nyepi dilakukan di Bali. Seperti yang kita tahu, banyak sekali tempat suci nan sakral di seluruh Bali. Ketika Nyepi, terdapat tradisi-tradisi khusus yang pada akhirnya ternyata memberikan dampak positif terhadap pengurangan emisi karbon. 

Setelah dari Bali, kita pun akan menyelami kehidupan Agustinus Pius Unam, seorang Kepala Dusun di Sungai Utaik, Kalimantan Barat. Dalam kepercayaan orang Sungai Utik, mereka hanya diperbolehkan untuk menebang tiga pohon saja dalam setahun. Kemudian, mereka juga memiliki aturan-aturan tertentu dalam berburu dan memanfaatkan hutan yang ada di sekitar mereka.

Perjalanan dilanjutkan ke Bea Muring di Nusa Tenggara Timur. Romo Marselus Hasan bersama warga berupaya mendirikan PLTA dengan memanfaatkan sumber air alami. Entah mengapa, aku merasa sedikit familiar dengan kisah ini. Yang pasti, Romo Marselus dan warga berupaya saling membantu untuk membangun kembali PLTA di desa tersebut--yang sempat rusak karena diterjang banjir.

Keempat, kita akan bertemu dengan Mama Almina Kacili, Kepala Kelompok Wanita Gereja Lokal di Kapatcol, Papua Barat. Nah, kisah yang satu ini bagiku menarik karena mereka menjelaskan praktik Sasi yang ada di Indonesia Timur. Secara singkat, Sasi ini merupakan aturan yang diterapkan untuk mengatur wilayah laut supaya tak boleh dijaman selama 8 bulan. Hal ini dilakukan supaya biota laut punya kesempatan untuk beregenerasi.

Kelima, kisah datang dari M. Yusuf di Desa Pameu, Aceh. Ketika hutan mulai rusak karena ulah manusia, sejumlah gajah turun ke desa dan mulai mengusik warga. Akan tetapi, M. Yusuf meyakini bahwa hal tersebut bukanlah salah si Gajah. Apa yang terjadi merupakan ulah dari manusia sendiri. Maka dari itu, Yusuf sebagai imam di desa tersebut memberikan pemahaman kepada warga bahwa menjaga hubungan baik dengan alam sangatlah diperlukan. 

Keenam, perjalanan kawan-kawan Semesta bergeser ke Imogiri, Yogyakarta. Iskandar Waworuntu mendirikan Bumi Langit--sebuah ruang hidup yang menjadi tempat bagi kita untuk dapat menyaksikan dan belajar tentang pentingnya saling menjaga hidup antara manusia dengan alam. 

Terakhir, kita diajak ke Jakarta menuju Kebun Kumara. Soraya Cassandra dan suaminya mendirikan Kebun Kumara untuk memenuhi misi mereka untuk tetap bisa dekat dengan alam meski hidup di perkotaan. Selain mengolah sendiri kebun mereka, Soraya juga nemberikan pelatihan bagi orang-orang yang tertarik dengan isu tersebut.

Menarik untuk ditonton

Kalau boleh jujur, pesan yang disampaikan oleh film ini sederhana. Setiap orang memiliki perannya masing-masing ketika berhubungan dengan alam. Akan tetapi, melalui film ini, kita juga diingatkan bahwa alam memang sedang tidak baik-baik saja. Banyak tradisi yang dilakukan yang terus tergerus karena mereka yang terlalu serakah, bisa jadi oleh perusahaan maupun pemerintah.

Dari ketujuh cerita, cerita yang menarik buatku adalah cerita Nyepi di Bali dan juga tradisi Sasi di Papua. Entah mengapa itu menjadi suatu hal yang baru untuk kupelajari. Secara sinematografi pun, cerita pertama terlihat begitu sinematik dan enak untuk ditonton.

Akan tetapi, sebagai film dokumenter, Semesta tidak bisa dikatakan utuh meskipun memiliki benang merah yang sama. Aku tak tahu apakah memang seperti ini film-film yang dapat dikatakan omnibus. Yang pasti, ini seperti ada 7 film berbeda yang dijahit menjadi satu. Bukan berarti tidak bagus, sih. Hanya saja film menjadi terasa sangat panjang dan patah di setiap transisi.

Kesimpulan

Well, tak bisa bohong kalau Semesta menjadi salah satu film yang menarik untuk ditonton. Film dokumenter memang bisa menjadi salah satu media yang menarik untuk menyalurkan gagasan tertentu. Termasuk konsep perubahan iklim dan bagaimana cara untuk hidup damai dengan alam.

6.5 dari 10 bintang.


Sincerely,
Ra

Title: Fantastic Beasts: The Secret of Dumbledore
Director: David Yates
Writers: J.K. Rowling, Steve Kloves
Cast: Eddie Redmayne, Jude Law, Mads Mikkelsen, Ezra Miller, Alison Sudol, Jessica Williams, Dan Fogler, Callum Turner

Watched at Cinepolis, Depok Town Square

Set several years after the events of its predecessor, the film sees Albus Dumbledore tasking Newt Scamander and his allies with a mission that takes them into the heart of dark wizard Gellert Grindelwald's army.

Well, actually Fantastic Beast franchise is a franchise that I have really waited for. Unfortunately, this sequel is not as interesting as I expected it to be. There are so many factors that made me disappointed.

Newt is still... Newt

Albus Dumbledore, once again, assigned Newt Scamander to fight Grindelwald as he began to lead an army to eliminate muggles. With the help of his partners on this adventure, Theseus Scamander (Newt's brother), Jacob Kowalski, Bunty Broadacre (Newt's assistant), Yusuf  Kama and Lally Hicks (one of the professors from Ilvermorny). 

In the magical words, there is Qilin, a magical creature that can see into one's should as well as the future. This creature also has the ability of precognition, especially when choosing the next leader of the wizarding world. Knowing this, Grindelwald tried his best to kidnap the newborn Qilin and took advantage of it. 

As Dumbledor couldn't battle Grindelwald because of their blood pact, Dumbledore asked Newt to do it. Smh, Dumbledore. Why do you always disturb Newt's calm life?

After that, Newt's and his fellow partner's journey has begun. 

My thoughts

I have so many thoughts when watching this movie. I still love Newt and his characteristics, but I have so many things that I despised from this movie.

First, I know that it's inevitable for replacing Johny Depp for Grindelwald's role, but I think Mads Mikkelsen hasn't given that huge impact like what Depp does in the second movie. I just feel that charismatic but also scary vibe from him is not enough. 

Second, if the title of this movie is Fantastic Beast, I don't think the representation of the beast here is enough. I mean, all right, there is the Qilin who is the main creature in this movie. Then, I also love how Nibbler and Pickett are back... but, I just feel that should be more of them. It should be the main element of this movie, right?

Third, I still don't understand how Dumbledore broke his blood pact with Grindelwald. As I remember from the similar pact that was made between Severus Snape and Narcissa Malfoy, it's not easy to break the pact and Severus should do his vow no matter what. Ehm, or actually the blood pact is different from the unbreakable vow?

Fourth, so political but not enough background. I can understand why Rowling wants to take the story to a bigger level. I mean, she tried to introduce us to the magical world outside the schools. But, I think the background of it is explained vaguely. I still couldn't grasp the structure of the minister of magic from each country. Then, how about the supreme leader that Grindelwald pursued? Is that position could be equal to the general secretary of the United Nations? I just couldn't understand it.

What I like

Even though the experience when watching this movie is not really great, I still love the interaction between Newt and all of the fantastic beasts. I love how Pickett and Nibbler accompany Newt everywhere. Can we just get Pickett and Nibbler in real life?

My favourite scene would be when Newt tried to save Theseus from the prison. The way they have to do the crab dancing to control the Blast-Ended Skrewts is hilarious. I really love that part. 

Then, I love how they picture Lally as a smart female wizard. She is really amazing and killing it. She looks very charming here. Maybe, she could be my favourite character after Newt.

Conclusion

So, that's all for my thoughts. I know that it's mostly about my ranting, but tbh, that's what I feel. I really hope the next movie would be more focused on Newt and his magical creature world. Well, even though it's inevitable to fight Grindelwald too.

One thing for sure, I hope Rowling will still include Pickett and Nibbler in the next movie. 

6 out of 10 stars

Sincerely,
Ra

Image: Anime Trending

Title: Jujutsu Kaise 0: The Movie
Genre: Animation, action, fantasy
Duration: 105 minutes
Release date: 2021
Watched at Cinepolis Depok Town Square

  • Yuta Okkotsu, a high schooler who gains control of an extremely powerful Cursed Spirit and gets enrolled in the Tokyo Prefectural Jujutsu High School by Jujutsu Sorcerers to help him control his power and keep an eye on him.

Tbh, I never watched Jujutsu Kaisen before, but since I am curious, I decided to give it a chance. Well, as someone who never read or watch it, JJK 0 will give you a ground basis to understand the JJK universe. You won't get much confused since JJK 0 is a prequel.

The story

Yuta Okkotsu is cursed, or that's what he thought. A powerful Cursed Spirit, and also his childhood friend, is stuck in his body. To some extent, Rika always helps Yuta on every occasion. When someone bullied him, Rika will appear and protect Yuta at all costs. Sadly, a lot of them will die instantly. 

To avoid more casualties, Yuta shut down his interaction with anyone else. Until... he gets enrolled in The Tokyo Prefectural Jujutsu High School. Thanks to Satoru Gojou, that will remind you of Kakashi from Naruto, Yuta is able to start his training at that school. Aside to control Rika's violent behaviour, he also will learn how to maximize his ability.

What I like...

Tbh, the premise of the story is interesting. It caught my interest instantly. One of my favourite parts is when Yuta is asked to accompany Toge Inumaki to do his duty. Since I have no knowledge about every character, I don't understand why Toge's word is limited. I mean... what on earth he can only say a word about sushi and food? It's like there is no meaningful word coming from his mouth.

So, when I know about Toge's ability, I am awed and understood perfectly about his behaviour.

Other than that, about the battle. I think Yuta's ability is so powerful. He can copy the other's power easily and in a much more powerful way. When he encounters Suguru, his trust towards Rika is undefeatable. Therefore, he finally can save Maki, Toge, and also Panda by himself. 

Another Thought

When the battle broke down, I wish Satoru dan Suguru will duel meet face to face. But, their interaction at the end of the movie is enough. It shows how Satoru and Suguru have a deep connection. Then, I don't know, it just reminds me of the relationship between Dumbledore and Grindelwald in the Harry Potter Universe. It's so random but I think it's kinda similar.

Tbh, after watching the movie, I feel a little bit curious about the rest of the story. So, I decided to buy the manga. You guess what, JJK manga is the most expensive comic book that I ever bought T.T. Sigh. I just can hope the story is amazing as the price is...

Conclusion

If you haven't followed anything about JJK, JJK 0 can be your first choice. It will give you the taste and you won't be that much confusion. But, I do understand that JJK 0 will give a special meaning to the avid fans of JJK. So, whether you are new to this universe, or a fan, you will feel satisfied when watching this movie.

Well, actually it's been a while since I watched an anime movie at the cinema. The last anime movie that I watched must be Detective Conan the movie and it was before the pandemic. So, it's refreshing to watch JJK 0. 

7 out of 10 stars.

Sincerely,
Ra


Image: shutterstock

Judul: Train to Busan
Genre: Action, horror, thriller
Tahun rilis: 2016
Durasi: 118 menit
Sutradara: Yeon Sang-ho
Penulis naskah: Pak Joo-Suk, Yeon Sang-ho
Pemain: Gong Yoo, Jung Yu-mi, Ma Doeng-sok, Kim Su-an
Nonton di Netflix

Sok-woo, a father with not much time for his daughter, Soo-ahn, are boarding the KTX, a fast train that shall bring them from Seoul to Busan. But during their journey, the apocalypse begins, and most of the earth's population become flesh craving zombies. While the KTX is shooting towards Busan, the passenger's fight for their families and lives against the zombies - and each other

Ketika aku sudah selesai menonton film zombie Korea seperti Kingdom, Happiness, dan juga All of Us are Dead, maka aku jadi merasa berdosa belum menonton Train to Busan. Sesungguhnya, alasannya cukup simple. Aku dulu enggak punya keberanian untuk menonton film zombie. Well, film horror dan thriller bukanlah jenis film yang kugemari. Maka dari itu, aku butuh waktu yang cukup panjang untuk memberanikan diri.

Awal mula cerita

Setelah Seok-woo (Gong Yoo) tidak tinggal bersama, Soo-an (Kim Su-an) memang tinggal bersama Seok-woo. Akan tetapi, pada hari ulang tahunnya kali ini, ia ingin bersama dengan ibunya. Di tengah kesibukan pekerjaannya, Seok-woo memutuskan untuk menemani Soo-an dalam perjalanannya menuju Busan menggunakan KTX.

Nyatanya, perjalanan menuju Busan tersebut menjadi perjalanan yang sangat mencekam karena hampir seluruh penumpang telah berubah menjadi zombie.

Tentang kereta penuh zombie

Satu hal yang menarik dari Train to Busan adalah latar ceritanya yang memang berfokus di KTX. Tidak ada latar lain yang sengaja di-explore di sini. Bukannya membuat bosan, malah menurutku hal tersebut jadi menarik.

Lalu, untuk zombie-nya sendiri, jujur aku kurang paham awal mula bagaimana mereka bisa menjadi zombie. Kenapa mbak-mbak yang terinfeksi pertama di kereta itu bisa terinfeksi? Dari mana asal-muasalnya? Jujur, aku bingung sumber zombie-nya dari mana. Apakah aku yang kurang memperhatikan? Anyway, di sini zombie-nya juga agak sedikit disgusting, meskipun tidak separah di All of Us are Dead. 

So far, karakter yang kusukai adalah Sang-hwa (Ma Dong-soek), setidaknya di sini dia berperan sebagai karakter yang paling logis dan rela berkorban. Ia juga berhati besar. Agak sedih juga sih waktu akhirnya dia terinfeksi.

Fokus pada kisah ayah dan anak

Tentu saja salah satu fokus cerita dari Train to Busan adalah bagaima hubungan antara Seok-woo dan putrinya. Dalam cerita ini, sosok Seok-wo yang sangat gila kerja berjuang mati-matian untuk melindungi putrinya selama zombie apocalypse. Berkali-kali momen menegangkan terjadi di sini. Yang paling berkesan menurutku adalah kejadian di Daegu kalau tidak salah, waktu ternyata seluruh tentara yang menjaga wilayah itu sudah menjadi zombia.

Lalu, kalau momen paling bikin hati patah tentu saja saat Seok-woo menyadari bahwa ia harus berpisah dengan Soo-an. Itu beneran cukup heart-breaking untuk ditonton.

Kesimpulan

Sebagai salah satu pioner dari film perzombian Korea, tentu saja Train to Busan punya charm-nya tersendiri. Jujur ceritanya cukup solid. Meskipun kembali llagi, aku belum paham asal-muasal zombie-nya dari mana. Akan tetapi, so far cukup menyenangkan untuk ditonton.

7 dari 10 bintang.

Sincerely, 
Ra