Judul: Map of the Soul: 7 Persona, Shadow & Ego dalam Dunia BTS
Penulis: Murray B. Stein, Steven Buser, Leonard Cruz
Tebak buku: 208 halaman
Penerbit: Penerbit Spring
Beli di official store Penerbit Haru

Kita semua pasti membutuhkan peta saat mengunjungi sebuah tempat baru. Carl Jung, seorang psikolog besar abad ke-20, membuat konsep peta jiwa yang telah membantu banyak orang bahkan hingga saat ini. Kita, yang hidup pada abad ke-21 ini, berada dalam kehidupan modern yang kompleks. Karena itu, kita perlu membekali diri dengan peta ini agar bisa menemukan arah perjalanan hidup kita. Dalam buku ini, Murray Stein, seorang analis psikologi, bersama Steven Buser, dan Leonard Cruz, menjelaskan konsep peta jiwa BTS melalui psikoanalisis Jungian berdasarkan album bestseller mereka, Map of the Soul: 7, dan keterkaitannya dengan masalah kehidupan.

***

Hmm,
jadi aku bisa mulai dari mana, ya? Tentu saja, sebagai ARMY, aku mengetahui kalau serial album Map of the Soul yang dirilis oleh BTS didasarkan dari Map of the Soul Theory. Teori psikologis ini dikembangkan oleh seorang psikiatris dan psikoanalis asal Swiss, Carl Jung. 

Dalam perkembangannya, pemikiran Jung dikenalkan kembali oleh Murray B. Stein, seorang profesor psikiatri yang berbasis di Swiss juga. Bukunya yang berjudul Jung's Map of the Soul: An Introduction dirujuk oleh BTS dan labelnya kala itu. Hal inilah yang menjadi cikal bakal munculnya buku yang kubaca ini.

The Thought

Well, pada dasarnya, aku bukanlah penggemar buku non-fiksi. Sedikit sekali bacaan non fiksi yang pernah kubaca selain untuk tugas kuliah. Kebetulan, aku menemukan buku MOTS 7 ini di akun Penerbit Haru. Jadilah secara impulsif aku membelinya.

Nah, dalam buku satu ini, Murray B. Stein mencoba menginterpretasikan bagaimana lagu-lagu yang ada di album Map of the Soul: 7 dapat dianalisis melalui teori peta jalan. Ini menjadi salah satu bagian utama buku ini. 

Di sini, pembaca seakan diajak untuk memahami arti dari masing-masing lagu dari sisi makna yang ditonjolkan. Apakah mengenai persona dari sang idola, bayangan yang terus membayangi, atau malah ego yang hadir sedemikian rupa. Yang pasti diingat, setiap lagu dalam album MOTS 7 telah disusun sedemikian rupa untuk bisa menyampaikan secara utuh.

Selain pembahasan dari masing-masing lagu, Stein dan dua penulis lainnya, Steven Buser dan Leonard Cruz, juga memberikan pemaparan lebih dalam dari masing-masing elemen dalam teori peta jalan. Apalagi kalau bukan persona, bayangan, dan juga ego.

My Opinion

Secara keseluruhan, tentunya buku ini memberikan pemahaman lebih jauh bagiku soal makna dari Map of the Soul. Tentu saja, pesan yang disampaikan dalam album MOTS terasa lebih mendalam karena menyangkut apa yang ada dalam diri kita. Pesan yang disampaikan mungkin tidak akan segamblang Love Yoursel--setidaknya ini menurutku.

Selama membaca buku ini, ada tiga hal yang masih melekat dalam pikiranku.

Pertama, bagaimana seseorang pada dasarnya memiliki tiga nama, yakni nama aslinya secara formal, nama yang digunakan oleh orang-orang terdekat (baik teman maupun keluarga), serta nama yang bahkan kita tidak tahu kalau ia ada. Nama tersembunyi ini adalah nama yang sudah ada bahkan sebelum orang tua atau masyarakat memberi kita nama. 

Pertanyaanya, apakah memungkinkan seseorang menemukan nama ketiganya itu? Yang kupahami, nama itu bisa kita temukan saat kita sudah melewati proses individuasi. Apakah mudah? Yaa, tentu tidak. Mungkin sampai nanti, kita tidak akan pernah tahu nama ketiga kita yang sebenarnya.

Kedua, pemahaman mendalam soal bayangan yang ada di diri kita. Tentu aku menyadari bahwa setiap orang pasti punya sisi gelap dari persona yang kita tunjukkan ke orang lain. Nah, yang harus digarisbawahi, tak seharusnya kita menafikan keberadaan bayangan kita. Semakin kita abaikan, maka bayangan itu akan berakhir memakan diri kita secara perlahan.

Selain itu, hal yang menarik buatku adalah tentang cara kita bisa mengenali bayangan kita. Stein menjelaskan salah satu caranya adalah melalui mimpi. Terkadang, wujud kita dalam mimpi, atau keadaan yang terjadi di mimpi kita, bisa jadi merupakan representasi dari bayangan yang kita miliki. Menarik, bukan?

Terakhir, bagaimana suatu identitas kolektif dapat terbentuk dalam diri masing-masing anggota BTS. Ini begitu menarik karena semakin mengukuhkan ikatan yang tercipta di antara 7 member. Bagaimana mereka saling menyayangi dan mendukung satu sama lain.

Kemudian, intensnya interaksi yang tercipta dj antara masing-masing member, memungkinkan terbentuknya identitas kolektif mereka sebagai BTS. 

Conclusion

Seperti yang sempat aku singgung, buku ini menarik sekali untuk dipahami lebih lanjut. Apalagi, kalau kamu adalah ARMY yang ingin mendalami lebih jauh soal peta jalan.

Sayangnya, bagi orang-orang sepertiku yang belum pernah membaca teori peta jalan secara langsung, aku agak merasa lost di awal. Meskipun Stein telah memberikan penjelasan, bagiku konsep antara persona, bayangan dan ego dalam teori peta jiwa cukup sulit untuk dicerna.

Meskipun demikian, aku cukup enjoy saat membaca buku ini.

Jadi, 4 dari 5 bintang untuk sampul bukunya yang membuatku langsung jatuh hati.

Sincerely,
Ra
Judul: Kumpulan Dongeng untuk Penulis
Penerjemah: Ronny Agustinus
Penulis: Lawrence Schimel
Tebal buku: 38 halaman
Tahun terbit: 2017
Penerbit: Marjin Kiri

Serigala jahat menawarkan kontrak penerbitan yang tampak menggiurkan kepada Kerudung Merah yang lugu; Sinderela kabur meninggalkan si editor dalam acara pembacaan sebelum memperkenalkan diri; itik buruk rupa merasa berbeda dari saudara-saudaranya karena dia suka membaca…

Lewat pelesetan dongeng-dongeng klasik, Lawrence Schimel mengajak pembaca berkelana mengarungi serba-serbi dunia penulisan dan penerbitan, lalu bertanya: adakah akhir yang bahagia di dunia perbukuan?

***

Sepertinya, ini buku tertipis yang pernah aku baca. Selain fakta dia hanya terdiri dari 38 halaman, sepertinya ukuran tulisan di buku ini memakak font 14 atau bahkan 16. Jadi, buku ini memang kerasa singkat banget.

The Story and Opinion

Sesuai dengan judulnya, Kumpulan Dongeng untuk Penulis ini merupakan kumpulan kisah dongen yang diceritakan kembalu dengan unsur kepenulisan. Iya, kalian enggak salah membaca. Lawrence Schimel mencoba untuk memberikan serba-serbi dunia kepenulisan dan penerbitan dalam setiap dongeng.

Jadi, jangan heran kalau bertemu dengan Sinderella yang membuat sang pangeran penasaran karena tulisannya atau Si Gadis Berkerudung Merah yang ditipu oleh serigala untuk bisa menerbitkan kumpulan cerita yang ia buat.

Sejujurnya, aku suka dengan idenya. Mempertemukan kisah dongeng dan problematika dunia kepenulisan itu unik. Mungkin, buku ini bakalan kerasa relate buat kawan-kawan penulis. 

Di buku ini, Schimel mengajak kita memahami permasalahan yang ditemui oleh seorang penulis dari awal. Mulai dari mencari ide, mengembangkan cerita, hingga upaya untuk menerbitkan karya yang enggak mudah.

Aku jadi penasaran. Kira-kira apakah ada yang tertarik membuat versi Indonesia-nya, ya?

Conclusion

Berhubung seluruh kisah ini masih memiliki napas yang sama, aku cukup enjoy membacanya. Meskipun aku berharap kalah ceritanya akan jauh lebih panjang, ya. Ini terlalu singkat!

Yaa, setidaknya retelling dongeng satu ini cukup unik dan fresh.

3 dari 5 bintang untuk sampul buku yang cakep.

Sincerely, 
Ra
Judul: Angsa Liar
Judul lain: The Wild Geese, Gan
Penulis: Mori Ogai
Penerjemah: Ribeka Ota
Penerbit: Moooi Pustaka
Tebal buku: 156 halaman
Pinjam dari Supri

“Walaupun aku bersikap malu-malu di depan tuanku, sebenarnya aku berani mengatakan apa saja asal kau mau. Tapi kenapa aku tidak bisa menyapa Pak Okada?”

Otama memperoleh harapan hidup yang baik saat berencana menikah dengan seorang polisi, yang ternyata sudah beristri dan kemudian membuangnya. Ibarat keluar dari mulut buaya dan masuk ke mulut harimau., Otama lepas dari si polisi untuk menjadi gundik seorang rentenir.

Satu-satunya kebahagiaan yang ia miliki hanyalah fantasi tentang seorang mahasiswa tampan bernama Okada, yang sering lewat di depan rumahnya, dan tampaknya juga megagumi Otama dari jauh.

***

Wah, sepertinya ini salah satu novel klasik tertua yang pernah aku baca. Angsa Liar, atau judul aslinya The Wild Geese merupakan salah satu karya terkenal dari Mori Ogai. Bisa dibilang, ini adalah karya klasik Jepang yang ditulis untuk memahami perubahan sosial dan modernisasi pada tahun 1880-an di Tokyo.

The Story

Angsa Liar diceritakan oleh si tokoh aku yang merupakan tetangga dari Okada, seorang mahasiswa kedokteran yang terpelajar. Dari sudut pandang tokoh aku yang serba tahu, kita diajak untuk memahami kelindan kehidupan Okada dengan sosok Otome. Siapakah Otome?

Membicarakan Otome tentu saja tidak dapat dilepaskan dari sosok Suezo. Suezo dikenal sebagai rentenir yang suka meminjamkan uang kepada para mahasiswa pada zamannya. Dulu dia meminjamkan uang seadanya kepada para mahasiswa tersebut. Hingga pada akhirnya dia berhasil merintis bisnisnya sendiri dan menjadi sukses.

Sayangnya, kehidupannya yang terlihat lengkap itu, tidak membuat Suezo puas. Ia merasa ada yang kurang. Maka dari itu, Suezo berupaya memenuhi obsesinya untuk bisa memiliki sesosok gadis yang terkenal kecantikannya kala itu, Otome.

Otome sendiri merupakan anak satu-satunya dari Pak Tua. Dalam kehidupannya, Otome dan Pak Tua selalu ada untuk sama lain. Sejumlah keputusan hidup yang diambil Otome selalu mempertimbangkan keadaan Pak Tua. Maka, ketika Suezo bermaksud menjadikan diringa seroang gundik, maka Otama mensyaratkan supaya Suezo juga memberikan kenyamanan bagi Pak Tua. Mau tidak mau, Suezo pun harus menuruti kemauan Otama.

Kehidupan Otama sebagai gundik pun berjalan. Awalnya, ia tidak merasa ada hal luar biasa dalam hidupnya. Hingga akhirnya Otama mengetahui kebenaran akan identitas Suezo. Sejak saat itu, Otama merasa perlu mencari sosok yang bisa melepaskan diringa dari keadaan yang sekarang. Pada akhirnya, ia menemukan harapan itu dari sosok Okada yang terkadang berjalan di depan rumahnya.

My Opinion

Terkadang, menurutku kisah klasik itu bisa saja sederhana. Sama seperti kisah di Angsa Liar ini. Menurutku, meskipun sosok Otama menjadi sentral dan Okada merupakan tokoh yang dikenalkan pertama kali, aku malah merasa Suezo lah yang menjadi tokoh utama di sini. Ia yang malah mendapatkan spotlight di keseluruhan cerita.

Lalu, sebagai bukan pembaca karya Jepang, aku jadi sedikit belajar soal keadaan sosial di tahun 1880-an dari novel ini. Waktu aku mencari info soal novel ini, aku baru tahu kalau salah satu unsur dari novel ini menceritakan tentang perubahan di antara masa Edo dan Meiji. Jujur, aku sama sekali tidak familiar dengan periodesasi di Jepang. Mungkin aku harus banyak membaca novel-novel Jepang untuk memahaminya.

Bagiku, membaca novel dengan sudut pandang tokoh aku yang serba tahu ini menjadi unik. Aku enggak terlalu ingat, sih, apakah aku pernah membaca novel dengan sudut pandang serupa sebelumnya.

Terakhir, aku sangat memahami bagaimana kisah di Angsa Liar ini tidak menampilkan akhir bahagia untuk Otama dan Okada. Bagaimanapun, inti dari novel ini bukanlah romansa yang tercipta dari kedua tokoh tersebut. Tapi, lebih ke kenyataan yang terjadi untuk seorang perempuan muda--yang tak punya kuasa--pada zaman itu yang mungkin saja dijadikan gundik. Sedangkan, sosok pemuda di zaman itu sudah bisa menempuh pendidikan setinggi-tingginya. Bahkan, bisa mendapat kesempatan untuk melanjutkan karirnya luar negeri. Betapa ironis ya, kenyataan yang terjadi.

Conclusion

Membaca Angsa Liar menjadi salah satu pengalaman unik buatku. Bahkan, aku jaxi penasaran dengan periodesasi Jepang lebih lanjut. Yaa, meskipun membaca novel klasik bukanlah hal favoritku, sepertinya aku bisa mempertimbangkan hal ini lebih jauh.

Nah, demikianlah pendapatku soal novel pendek satu ini. 

3 dari 5 bintang dariku untuk si angsa liar yang dimunculkan di akhir.

Sincerely,
Ra
Title: The Super Mario Bros. Movie
Director: Aaron Horvath, Michael Jelenic
Screenwriter: Matthew Fogel
Release date: April 5, 2023
Duration: 92 minutes
Watched in Cinepolis, Depok Town Square

With help from Princess Peach, Mario gets ready to square off against the all-powerful Bowser to stop his plans from conquering the world.

***

Ever since the trailer appeared on the ads in the cinema, I just felt I really need to watch it. Therefore, as impulsive as we were, me and Supri decided to watch Super Mario on their release week. 

What's my opinion on this cute movie? It's great and nostalgic.

The Story

The story began with Mario and Luigi who just set up their plumbing business. Many people looked down on them. Some of their neighbours, or even family, thought that Mario and Luigi's plumbing business is ridiculous. In a way, this situation has discouraged Mario much. Thankfully, Luigi still there to give his brother, support.

One day, there's a big flood happened in Brooklyn. As a plumber, Mario knows better where the problem is. Therefore, he asked Luigi to join him to the Brooklyn's underground.

Strangely, when they go down, they happened to suck by a pipe that disguise
D a portal to the another side of the word.

Mario, as the protagonist, got a chance to land in the Mushroom Kingdom. But, poor Luigi, he landed in the Drak Land where the evil King Bowser ruled that land.

Realising that Luigi maybe in danger, Mario tried to seek help from Princess Peach who ruled the Mushroom Kingdom. After several attempts to make him worthy, Princess Peach finally agree to help.

In fact, Princess Peach also need to confront Bowser as that evil king want to take over the world, including Mushroom Kingdom. Alongside with that, Bowser also has another ambition. He wants to make Princess Peach as his wife. Oh my goodness, where's the confidence come from?

My Opinion

The reason I watched the movie is because of their adorable trailer. I also do wonder how the movie maker will adapt the game into screenplay.

So far, I really enjoy the story. Well, tbh, the story is quite simple and not that much drama there. It's more emphasized on the game features that shoed throughout the entire movie. Ahh, what a nostalgic moment.

Then, we also can find so many comedic scenes on this movie. I couldn't stop laughing with Bowser attempt to flirt and sing for Princess Peach. I also should agree that most of the mushrooms are just adorable.

Conclusion

Tbh, in the middle of the resurgence of horror movies, Super Mario is your go to movie if you want that cheerful or vibrant movie. For an OG Super Mario player, the setting would give you a lot of nostalgic feeling.

7.5 out of 10 stars.

Sincerely, 
Ra
Image: Netflix

Title: Kill Boksoon
Screenwriter and director: Byun Sunghyun
Genre: Action, thriller 
Release date: March 31, 2023
Duration: 2 hour 17 minutes 
Watched on Netflix 

Gil Bok Soon is a single mother. She is also a lethal killer, with a 100% success rate on contract killings. She works for M.K. Ent, which is run by Cha Min Kyu. He has trained Gil Bok Soon as a killer, and they hold mutual respect for each other. At the same time, Gil Bok Soon is aware that Cha Min Kyu is a dangerous person who can take away everything from her.

Cha Min Hee is the younger sister of Cha Min Kyu, and she works as an executive at M.K. Ent. She doesn't show her feelings to other people. Han Hee Sung is a killer for M.K Ent. He is highly skilled at his job, but he is not recognized by others for his work.

Right before Gil Bok Soon is set to renew her contract, she gets involved in a kill-or-be-killed confrontation.

***

So, where should I start? Kill Boksoon is the latess movie that I recently watch. I decided to watch it because Jeon Doyeon. Moreover, the poster for this movie is awesome. I just love the coolness of Doyeon there.

The Story

To be honest, the premise for this story is intriguing for. It told the story of Boksoon (Jeon Doyeon) as a renowned assassin. She is known as the high-ranked killer in her company. Yet, in home, she is a single mother with one teenage daughter. 

Well, of course killing maybe is so much easier for Boksoon than parenting. But, she has to do both since her daughter need her.

The Opinion

At first, I love how we can see a lot of beautiful action scene from Boksoon. Doyeon can perfectly portrayed Boksoon as an assassin very well. I mean, you can believe that she is a skilled assasin with her acting and attitude. 

Then, if I remember correctly, the assasin business reminds me a lot with the idol training system. The soon to be assassin should have a trainee period before they are 'debuting'. So much reference from idol system, right?

As much as I love the action scene and premise, I felt that the plot of the story is flawed. There are many things that I didn't get it. Start from the politics of the assasin company, the background story of Boksoon so she was motivated to be a killer, the story of Boksoon's daughter, Jaeyeong (Kim Sia), and that weird relationship between Chairman Cha (Sol Kyunggu) and his sister, Director Cha (Esom).

Even though I tried so hard to understand it, I just couldn't engage with most of the plots from this movie. I felt a lot of elements that has been forced to appear in the story.

Aside from that, I am so happy that there's Lee Jaewook here. Yes, he is appeared as the young Chairman Cha. I can feel his charisma when playing that tiny role!


Conclusion

I don't know why, but I just feel the story is lacking in so many ways. I couldn't engage with it. I also hard to find an emphaty for Boksoon or her daughter. It's hard for me to love this movie.

Well, it's just my personal preference, tho. I still like the thriller action part and how Doyeon giver her all for Boksoon's role.

Trivia: 
I just realized that Boksoon's name is 길 복순 that can be romanized into Kil Boksoon ㅋㅋㅋ

So, 6 out of 10 stars from me.

Sincerely,
Ra