Resensi: Lara Miya karya Erlin Natawiria

Lara Miya

Kamu mungkin tidak menyukai keadaanmu sekarang, tapi percayalah, pasti ada hal yang menguntungkan bagimu nantinya.

Blue Valley Series
karya  Erlin Natawiria
 4 dari 5 bintang

Sumber gambar: goodreads.com
Waktu Baca: 11-14 Januari 2017
Penulis: Erlin Natawiria
Penyunting: Jia Effendie
Penerbit: Falcon Publishing
Tahun terbit: Desember 2016
Tebal buku: 234 halaman
ISBN: 978-602-60514-31

Di pojok selatan Jakarta, kau akan menemukannya. Tempat itu tak sepanas bagian Jakarta lainnya. Langit di sana sering berubah seolah mengikuti suasana hati penghuninya. Kau akan bisa menemukannya dengan mudah. Ada banyak rumah di sana. Orang menyebut tempat itu Blue Valley.

Di Blok Tiga, ada sebuah rumah bernuansa warna tanah. Pemiliknya seorang perempuan paruh baya yang mengoleksi benda-benda antik. Kalau kau ingin menemuinya, sebaiknya datanglah pukul empat. Dia selalu pulang untuk minum teh. Seorang gadis berambut biru-ungu juga tinggal di sana. Miya namanya. Dan mungkin kau sudah menebaknya, mereka tidak akur.

Miya tidak pernah mengira akan tinggal di rumah tantenya yang seperti kamp militer. Beberapa hari sebelumnya, Miya masih punya tempat pulang. Namun, hidupnya luluh lantak seketika. Dan kini, dia harus memunguti kembali puing-puing dirinya untuk kembali utuh.

Informasi lebih lanjut dapat dibaca di:

Satu novel dengan berbagai macam kisah yang dibenturkan. Mungkin itulah yang menggambarkan Lara Miya buatku. Sebagai anak tunggal, Miya benar-benar terpukul saat mengetahui orang tuanya meninggal dunia karena kebakaran hebat yang melanda rumahnya. Dalam keadaan ini, Miya benar-benar mengalami titik terendah dalam hidupnya. Pekerjaannya yang tidak menyenangkan, kehilangan orang tuanya, kehilangan tempat tinggal, dan bahkan kehilangan aset-aset pribadinya. Belum cukup menyedihkan kehidupan yang dimiliki Miya, Miya harus tinggal dengan Amaya--tantenya yang memiliki beribu aturan dan sangat disiplin. Rasanya, Miya seperti tinggal di kamp militer.

Meskipun pada akhirnya Miya dipecat dari pekerjaannya yang sekarang, akhirnya Miya mulai dapat menata ulang kehidupannya. Amaya menyarankan Mia untuk bekerja di Wedding Organizer yang dikelolanya. Meskipun awalnya Miya menolak, tapi akhirnya Miya pun bersedia untuk bekerja di sana. Dibantu oleh Raekan yang sangat supel kepada Miya, membuat Miya betah dalam menjalani pekerjaan. Akan tetapi, Amaya yang khawatir dan cemas akan pergaulan Miya, memutuskan untuk menjodohkan Miya dengan lelaki pilihannya. Selain masalah tersebut, Wedding Organizer Amaya juga sedang diserang oleh klien yang rewel. Hal ini membuat hari-hari Miya menjadi lebih berat dari sebelumnya.

Kalau boleh jujur, Lara Miya adalah novel yang paling kusuka dari keseluruhan Blue Valley Series--baiklah Mas Ijul. Saya ngaku salah. Waktu diskusi di grup Jabo, saya salah sebut. *Hehe. Salahkan warna sampulnya yang mirip. Lol. Kenapa kok aku suka? Ehm, mungkin karena Miya. Miya menurutku tokoh yang unik. Dia ini urakan tapi di lain sisi rapuh. Terus, tokoh Raekan juga bikin jatuh hati. Aku suka banget dengan karakternya itu. Yaa, meskipun dia juga melakukan kesalahan juga sih di tengah cerita.

Selain itu, aku menganggap Lara Miya menarik karena Kak Erlin tidak hanya memaparkan romansa antara Miya dan Raekan saja. Akan tetapi, Kak Erlin juga mengajak pembaca untuk sedikit menebak-nebak siapa biang keladi penyebar fitnah yang dialami oleh Wedding Organizer Amaya. Hemm, emang nggak se-memusingkan cerita detektif sih, tapi menurutku itu cukup menghibur. Seneng aja bacanya. Cukup bikin penasaran, tapi tidak terlalu memusingkan. Nice story, Kak!

Sumber gambar: google, disunting oleh Puji.
Mungkin, salah satu alasan lain yang membuatku menyukai novel ini adalah, gaya penulisan Kak Erlin yang enak dibaca. Dan mungkin, sesuai sama usiaku. *plak. Dalam artian, si tokoh kan umurnya nggak jauh-jauh amat dari aku. Jadi, cara ngomongnya cablak dan enak dibaca. Lagipula, Erlin tidak sekaku Bernard Batubara di Elegi Rinaldo. Jadi aku suka saja saat membaca kisah Miya. Oh ya, salah satu tokoh yang cukup berpengaruh di novel ini adalah Amaya. Yaa, perempuan itu benar-benar memiliki caranya sendiri untuk mengubah Miya. Aku suka caranya mengendalikan Miya di balik sikapnya yang dingin dan menakutkan.

Hemm, setidaknya, novel ini mengajarkan kita kalau setiap orang, pasti akan mengalami titik terendah dalam hidupnya. Kehilangan orang tua, pekerjaan, harta, persahabatan, dan lainnya menjadi hal-hal yang harus kita hadapi. Mungkin saja, kita tidak akan tegar apabila mengalami berbagai macam kehilangan itu dalam waktu yang bersamaan. Tapi setidaknya, akan ada orang-orang yang berada di samping kita. Orang-orang yang akan terus mendukung kita sampai akhir. Sama seperti yang dialami Miya. Miya harus kehilangan segalanya. Penyesalan pun merayapi hati Miya. Akan tetapi, orang-orang terdekatnya, termasuk Amaya, tetap berusaha untuk mendukung Miya dengan cara mereka masing-masing.

Bagi kalian yang ingin mengetahui bagaimana Miya menata ulang kehidupannya, bacalah Lara Miya. Semoga, lara yang dirasakan Miya dapat menyentuh hati kalian.

4 bintang untuk permen di sampul. Haha. *Waktu pertama kali lihat sampulnya, aku sempet nyeletuk, "Ohh, mungkin permen tokohnya jatuh dan remuk. Ya udah. Kehilangan permen deh inti ceritanya." Terus langsung diketawain sama orang. xD

Sincerely,

Puji P. Rahayu.
Be First to Post Comment !
Post a Comment